Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumitnya Produksi Jadikan Batik Lasem Punya Nilai Jual Tinggi

Kompas.com - 28/02/2024, 17:13 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Hal ini pula yang mendorong Irma Widya Ratna berupaya untuk tekun merawat tradisi wastra nusantara tersebut hingga membuatnya sukses menjadi pengusaha Batik Tulis Lasem Widya Sejahtera Art.

Batik Tulis Lasem merupakan salah satu jenis batik yang memiliki ciri khas yang unik, karena dibuat dengan tangan tanpa menggunakan mesin cetak. Setiap detil dari motifnya dilukis dan diwarnai sendiri secara manual. Itulah mengapa Batik Tulis Lasem ini memiliki nilai seni yang tinggi.

Awal mula Widya tertarik untuk menggeluti bidang ini karena ilmu membatik ini diwariskan oleh neneknya yang seorang pembatik Lasem. Kemudian keahlian tersebut diturunkan ke ibu Widya.

Meskipun berasal dari Semarang, namun Widya Kecil terbiasa untuk belajar membuat Batik Lasem. Mulai dari membatik hingga pewarnaan. Itulah yang membuat Widya mewarisi keahlian menjadi pembatik seperti ibu dan neneknya.

Motivasi Widya untuk melanjutkan usaha Batik Tulis Lasem karena ingin menuangkan skill dan kreativitasnya di produk sendiri. Sehingga pada tahun 2010, Widya membangun bisnisnya yang diberi nama “Widya Sejahtera Art”.

Baca juga: 7 Tips Mengembangkan Bisnis Batik bagi Pemula 

Pewarnaan yang Rumit

Keunggulan dari Batik Tulis Lasem “Widya Sejahtera Art” adalah motif dan pewarnaannya yang rumit namun begitu menarik. Semakin rumit motif dan banyak warna yang dipakai, membuat nilai jual batik tersebut semakin tinggi.

Motif yang menjadi ciri khas dari Batik Tulis Lasem adalah motif sekar jagat dan motif tiga negeri. Motif ini memiliki warna yang kompleks sehingga berbeda dengan batik lainnya.

“Motif tiga negeri ini komplit warna nya. Pasti ada warna merah yang berasal dari keturunan zaman Tionghoa, namanya merah getih pitik. Itu merahnya tidak bisa ditiru. Kemudian ada warna biru, dan warna klasik yang biasanya seperti warna kuning” jelas Widya selaku owner Batik Tulis Lasem saat diwawancarai oleh Kompas.com di acara INACRAFT 2024 pada Rabu, (28/02/2024)

Jatuh bangun juga sempat dirasakan oleh Widya. Khususnya kesulitan saat mengawali bisnis batik dengan modal yang sedikit pada masa itu.

Modal awal Widya adalah 100 juta rupiah. Kini Widya mampu meraup omzet sebesar 15 juta rupiah per bulan.

Baca juga: Cerita Santoso Usaha Batik Lasem, dari Modal Rp 15 Juta Sukses Beromzet Ratusan Juta

Tantangan kembali dihadapi oleh Widya di masa sekarang. Ia mengaku sulit menemukan generasi muda yang mau diperkerjakan menjadi pembatik rumahan.

Saat ini Widya mempunyai 10 orang pekerja dengan 2 orang yang menangani pewarnaan. Sementara untuk menghasilkan batik prima sepanjang 2 meter memerlukan proses yang lama, terlebih lagi dengan pekerja yang sedikit.

“Susahnya itu anak muda zaman sekarang jarang ada yang mau membatik di rumah, maunya di pabrik yang menggunakan mesin cetak” ungkap Widya.

Selain mengerahkan produknya di Lasem, Widya berhasil memperkenalkan produknya ke ranah internasional. Beberapa pelanggan Batik Tulis Lasem “Widya Sejahtera Art” berasal dari luar negeri, salah satunya dari India.

Widya berharap generasi muda mampu melestarikan kesenian membatik, khususnya untuk Batik Tulis Lasem.

“Saya ingin Batik Tulis Lasem semakin dikenal banyak orang. Untuk generasi muda semoga semakin banyak yang mau membatik agar bisa membuka lapangan pekerjaan lebih banyak lagi” tutup Widya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com