JAKARTA, KOMPAS.com – Usaha boneka masih eksis hingga saat ini. Boneka disukai oleh semua kalangan, terutama anak-anak.
Tuti Nurhayati merupakan salah satu pelaku usaha yang masih menggeluti bisnis boneka. Dengan merek Zhovy Toys, Tuti menjalankan usaha grosir dan eceran boneka.
Sebelum membangun bisnis sendiri, Tuti merupakan seorang karyawan di pabrik perusahaan boneka terkenal.
Baca juga: Hasilkan Cuan Banyak, Simak 7 Tips Sukses Memulai Bisnis Boneka
Kesukaannya pada boneka, membuat Tuti memutuskan mendirikan usaha boneka sendiri di tahun 2002, bersama beberapa temannya yang juga mantan karyawan perusahaan boneka.
“Sebelum mendirikan Zhovy Toys, saya itu pekerja di pabrik ekspor boneka. Setelah berkeluarga, saya berhenti bekerja, lalu memutuskan untuk buka usaha sendiri, soalnya udah dapat pengalaman dari situ. Saya juga suka sama boneka,” beber Tuti saat ditemui Kompas.com di kediamannya, di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Menurutnya, boneka tidak terbatas pada kalangan usia tertentu dan bisa dibeli oleh seluruh kalangan.
Apalagi, anak-anak akan selalu lahir, sehingga boneka akan selalu memiliki pasarnya sepanjang zaman.
Hal itulah, yang membuat Tuti merasa sangat yakin, bahwa produksi boneka tidak akan tutup.
"Awalnya, saya tidak punya pengalaman sama sekali dalam bisnis. Saya hanya mempelajari sedikit tentang marketing dari perusahaan saat bekerja," ungkapnya.
Baca juga: Cerita Marcelina, Resign Kerja demi Kejar Impian Punya Bisnis Sendiri
Saat ini produksi Zhovy Toys dilakukan di dua kota, yaitu Bogor dan Jakarta. Di Bogor merupakan tempat produksi utama, sementara di Jakarta tempat untuk finishing dan penyimpanan (gudang).
"Sekarang mempekerjakan total 8 orang, yang terbagi 6 di Bogor, dan 2 di Jakarta. Pekerjanya kebanyakan perempuan," ujar Tuti.
Delapan orang tersebut, semuanya memiliki kemampuan dasar menjahit dan bisa mengoperasikan mesin.
“Soalnya jahit boneka itu butuh keterampilan yang tinggi, enggak sama dengan jahit baju. Jahit boneka itu ada pola tersendiri,” ujar wanita berusia 46 tahun itu.
Sementara untuk produksi boneka, biasanya melalui beberapa tahapan, mulai dari bahan yang diperlukan dicetak, lalu dijahit menggunakan mesin jahit, diisi dakron, dipasang mata dan hidung, lalu sampai ke tahap finishing.
Dalam sebulan, dikatakan Tuti, Zhovy Toys bisa memproduksi 1.000 lebih boneka, tergantung orderan yang masuk.
Untuk memproduksi boneka-boneka dan menjalankan usaha ini, Tuti mengaku tak mengeluarkan biaya yang fantastis.
Menurutnya, bisnis ini sangat menguntungkan dan punya peluang menjanjikan untuk ke depannya. Dalam sebulan, Tuti bahkan dapat meraup omzet hingga Rp 15 juta.
Baca juga: Cerita Martha Wongso Merintis Mammu Handmade, Kerajinan dari Clay Kertas
Namun demikian, usahanya tak selalu lancar. Layaknya, bisnis pada umumnya, jatuh bangun juga dirasakan Tuti.
Usaha bonekanya sangat terdampak pandemi Covid-19 lalu. Pendapatan Zhovy Toys menurun 70–80 persen.
"Saat itu saya banting setir, dari berjualan boneka menjadi usaha makanan, yaitu mie ayam. Saya lakukan itu, agar tetap punya pendapatan untuk menjalankan produksi Zhovy Toys," tuturnya.
Setelah pandemi mereda, Tuti memilih melanjutkan usaha boneka, karena menurutnya menjalankan bisnis makanan bukanlah passion-nya.
Tak hanya menjual secara eceran, Tuti juga menjadi supplier boneka yang didistribusikan ke berbagai tempat, seperti toko oleh-oleh, Mangga 2, dan juga ke beberapa perusahaan seperti BNI, Pegadaian, Astra, dan toko lain di Jabodetabek.
Untuk memperluas pasar, Tuti juga aktif mengikuti pameran dan bazar UKM.
"Saya baru saja merampungkan pameran entrepreneur di mal Grand Indonesia tanggal 29 Februari – 3 Maret lalu. Berikutnya akan ikut Jakarta Fair," ujarnya.
"Dengan aktif mengikuti pameran, banyak buyer asing yang membeli, salah satunya pernah ada buyer dari Perancis," imbuh Tuti.
Baca juga: 7 Manfaat Mengikuti Pameran bagi Pelaku UMKM
Selain boneka, Zhovy Toys juga menjual tas dan bantal. Untuk boneka yang paling laku adalah boneka teddy bear dan boneka karakter binatang, seperti kucing, anjing, kelinci, dan lain-lain.
Produk-produk itu dibandrol dari harga Rp 10.000 hingga yang termahal Rp 450.000. Dengan harga yang sangat terjangkau, Tuti memastikan tak asal dalam menggunakan bahan untuk bonekanya.
Baginya, perbedaan Zhovy Toys dengan usaha sejenis lainnya adalah kualitas, sehingga ia sangat memprioritaskan penggunaan bahan-bahan dengan kualitas menyerupai produk ekspor.
“Boneka import banyak yang masuk ke Indonesia, kemudian dijual dengan harga yang sangat murah. Pembeli kan enggak dapat menjamin kualitasnya, jadi cara kita bersaing adalah dengan menjaga kualitas produk kita,” kata Tuti.
Tuti mengaku, pemerintah dan swasta banyak yang mendukung usahanya. Ada dari Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (Dekranasda), Dinas Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Dinas Perindustrian, BNI, Pegadaian, hingga DBA Astra.
Semuanya membantu Tuti mengembangkan bisnsinya, dengan memberikan pelatihan cara pemasaran usaha, memberikan pembinaan terkait keuangan, hingga pemberian bantuan dana untuk menjalankan Zhovy Toys.
Tuti berharap, usahanya dapat berkembang lagi menjadi lebih maju. Ia ingin memberdayakan lebih banyak tenaga kerja dari lingkungannya, sekaligus untuk menumbuhkan perekonomian.
Baca juga: 6 Karakter Diri yang Harus Dimiliki Pelaku Usaha dalam Membangun Bisnis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.