Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Antin Sambodo Membangun Bisnis Jinjit Pottery hingga Lebih dari 20 Tahun

Kompas.com - 10/03/2024, 20:22 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis keramik atau yang biasa disebut pottery biasanya berawal dari mereka yang mempunyai hobi seni. Jinjit Pottery adalah salah satunya.

Bisnis keramik Jinjit Pottery dimiliki oleh Antin Sambodo, yang berlokasi di Jakarta. Produk-produk Jinjit Pottery terdiri dari kalung, mug, piring, wadah lilin, dan masih banyak yang lainnya. Produk-produk ini murni dibuat oleh tangan.

Baca juga: Kisah Sukses Muchlis Arif Sutopo Membangun Bisnis Keramik sejak 1994

Terdampak Krisis Moneter

Antin merupakan seorang lulusan dari arsitektur. Sebelumnya, ia seorang konsultan arsitek di suatu perusahaan yang terdampak krisis moneter pada tahun 1998.

Untuk mengisi waktu, Antin memutuskan untuk mengikuti kelas pottery, yang kemudian menjadi bekalnya membangun Jinjit Pottery.

“Saya tadinya seorang arsitek, hanya saja waktu itu perusahaan tempat saya kerja collapse, waktu itu tahun 1998. Jadi saya ikut les pottery dan dua tahun kemudian, tahun 2000, saya bangun Jinjit Pottery ini. Masih ada seni-nya lah,” ungkap Antin di Jakarta (07/03/2024).

Antin mengatakan, saat awal mencoba jualan keramik, ia mendapat respons yang baik dari pembeli. Hal itu, membuatnya yakin memutuskan meneruskan bisnisnya. Apalagi, ia memang senang mendesain sesuatu.

“Dengan media keramik, saya bisa berkreasi untuk menuangkan ide-ide saya dengan mendesain keramik tersebut, makanya keterusan sampai sekarang,” ujar Antin.

Proses Produksi Keramik

Namun demikian, Antin mengakui, proses pembuatan hingga menjadi produk keramik yang cantik tidaklah mudah dan memakan waktu yang panjang.

Apalagi, produk Jinjit Pottery semuanya berasal dari tanah liat yang dibakar dengan suhu tinggi, bukan memakai gerabah.

"Tanah liat itu dibentuk dengan menggunakan teknik putar, menggunakan alat putar yang disebut pottery wheel. Setelah selesai dibentuk, ditunggu seharian untuk mengeras, lalu dipoles untuk bagian bawahnya, lalu dikipasi atau dianginkan supaya kering," jelasnya.

Setelah kering, keramik itu dibakar pada suhu 900 drajat celsius selama 5 jam. Kemudian ditunggu sampai kembali ke suhu ruang, lalu digambar, diglasir dan diwarna.

Selanjutnya dilakukan pembakaran kembali, dengan suhu yang lebih panas dari suhu pembakaran pertama. Lalu kembali didiamkan untuk mengembalikan suhunya.

Selain pembuatannya memakan waktu lama, Antin juga kerap menemui beberapa kendala dalam proses produksi keramik, salah satunya cuaca.

"Cuaca panas menyebabkan pembuatan keramik sering gagal, karena retak akibat kering. Selain itu, saat pembakaran juga matangnya tidak merata, jadi tidak bagus," ungkap Antin.

Melewati proses produksi yang kompleks dan memakan waktu yang lama, serta bahan dan alat yang tak dapat dibilang murah, tak membuat Antin menjualnya dengan harga mahal.

"Produk-produk Jinjit Pottery dipasarkan dengan harga yang terjangkau, yaitu dibandrol dari harga termurah Rp 40 ribu hingga yang termahal Rp 400 ribu saja," kata Antin.

Baca juga: 4 Tips Sukses Bisnis Kerajinan Keramik Cantik ala Budijanto, Founder Semaya Clay

Berhasil Bertahan

Ketika banyak usaha lain terkena dampak pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, Jinjit Pottery justru mengalami peningkatan pesanan.

Pemasaran dan penjualan yang dilakukan secara online, dengan memanfaatkan media sosial dan market place terbilang efektif.

“Waktu itu (pandemi) saya ngeluarin desain kucing. Jadi seri pandemi saya buat kucing era pandemi, di mana kucing-kucing itu memakai masker," kenangnya.

"Saat pandemi juga menjadi titik di mana Jinjit mulai pemasaran online, memanfaatkan e-commerce, soalnya sebelum itu cuma pameran saja,” imbuh Antin.

Meningkatnya pesanan, tak membuat Antin berpuas diri. Ia menyadari usaha pottery dan pemain keramik saat ini sangat banyak, sehingga ia harus memutar otak agar usahanya memiliki ciri khas berbeda dibandingkan usaha lain yang sejenis.

“Pemain keramik sekarang cukup banyak, makanya kita harus update sama tren-tren yang ada, supaya beda dari yang lain,” jelasnya.

Hal itulah yang membuatnya berhasil mengembangkan bisnis pottery selama lebih dari 20 tahun.

Baginya, bisnis Jinjit Pottery bukan hanya sebuah pekerjaan, melainkan juga hobi yang selalu dilakukannya dengan hati senang, sehingga Antin tak pernah merasa bosan.

Hingga saat ini, Jinjit Pottery memproduksi keramik 100 buah lebih setiap bulannya. Dalam sebulan, Ia dapat menerima omzet sekitar Rp 3 juta dan sekitar Rp 10 juta jika sedang mengikuti pameran.

Baca juga: Ingin Memulai Bisnis Keramik Rumah? Simak Tips Ini agar Sukses

Produk-produk Jinjit Pottery di Pameran Dhawfest 2024Kompas.com - Ester Claudia Pricilia Produk-produk Jinjit Pottery di Pameran Dhawfest 2024

Terjual hingga ke Jepang

Diakui Antin, sebagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Pertamina Gas Negara (PGN), banyak dukungan yang diberikan Pertamina, mulai dari pembinaan, pelatihan, hingga selalu diajak untuk pameran.

“Kalau ada pameran, kita pasti diajak sama PGN. Pameran itu sangat efektif untuk memperkenalkan produk kita sama calon-calon buyer dan pemasukan Jinjit pasti naik kalau ikut Pameran,” tuturnya.

Selain menggunakan e-commerce dan mengikuti pameran. Antin juga memasarkan produk-produknya dengan menitipkan produknya ke toko-toko, seperti toko suvenir.

Produk dengan desain Jakarta merupakan produk terfavorit, karena biasanya menjadi suvenir dan oleh-oleh khas kota Jakarta.

Saat ini, produk Jinjit Pottery juga telah terjual sampai ke luar negeri, yaitu Jepang.

Baca juga: Ingin Memulai Bisnis Keramik Rumah? Simak Tips Ini agar Sukses

“Saya sih penginnya tetap bisa melahirkan desain-desain yang lucu untuk Jinjit, karena itu branding-nya. Selain itu, berharap supaya selalu berkembang dan jangkauan pasarnya lebih luas lagi, ke seluruh daerah di Indonesia, bahkan bisa ke luar negeri,” harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com