BOGOR, KOMPAS.com - Owner Ka Nung Bakery, Cholid Askar tersenyum saat berbincang dengan Kompas.com pagi itu. Matanya berbinar kala dia mulai bercerita tentang ibunya, Nur yang merupakan pendiri Ka Nung Bakery sejak tahun 1974.
Nur merupakan sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Nur memang tidak lulus sekolah dasar. Namun, Nur berhasil menyekolahkan keenam anaknya hingga sarjana dari hasil jerih payahnya sebagai single mother yang berjualan roti konde.
Askar bercerita, perjalanan bisnis ibunya bermula semenjak suaminya meninggal. Nur tidak berputus asa dan terus mencari cara untuk melanjutkan hidup bersama anak-anaknya.
Berbekal pengalamannya membuat roti dan banyak yang suka, Nur mulai menjualnya untuk dijadikan mata pencaharian. Pasalnya, saat suaminya masih ada, Nur sering membagikan roti konde (roti canai) kepada rekan kerja sang suami.
Baca juga: Sejarah Tan Ek Tjoan, Roti Legendaris asal Bogor Sejak 1920
Oleh karena itu sepeninggal suaminya, Nur menjual roti konde mulai dari relasi terdekat, lingkungan sekitar, hingga ke sekolahan. Anak-anak Nur juga akhirnya terbiasa ikut membantu berjualan roti konde di sekolah.
"Di mata saya, Ibu sangat menginspirasi. Beliau bisa membuat enam anaknya sarjana dari berjualan roti konde. Awal berjualan tidak pakai nama, semenjak saya mulai menjalankan tahun 2002 baru bisnis ini saya patenkan dengan nama 'Ka Nung'. Itu juga dari nama ibu saya," kata Askar kepada Kompas.com, Selasa (14/5/2024).
Nur dan anak-anaknya mulai memasarkan roti konde. Disebut roti konde karena pada dasarnya roti canai memiliki bentuk adonan yang melingkar seperti konde.
Sedari kecil anak-anak Nur sudah diajarkan cara berjualan. Kini, bisnis keluarga diteruskan ke generasi berikutnya hingga hari ini.
Dari awal berjualan pada tahun 1974, Nur masih membuat semua pesanan menggunakan tangan secara manual. Resep dan takarannya pun dari Nur sendiri. Ternyata, animo masyarakat cukup tinggi dan antusias karena pada tahun itu belum ada yang menjual roti konde. Masyarakat pun masih awam dengan makanan timur tengah.
Roti Ka Nung inilah yang pertama di Bogor. Tak heran mereka menjadi kuliner legendaris yang masih bertahan hingga saat ini.
Baca juga: Legendaris di Bogor, Ini Cerita Usaha Es Bir Kotjok Si Abah sejak 1965
Memasuki tahun 2005, bisnis sudah diturunkan kepada Askar. Ia mulai menciptakan inovasi baru untuk memudahkan pekerjaannya. Kebetulan Aska juga seorang engineering.
Ia memanfaatkan ilmu yang dia miliki. Askar pun berinisiatif membuat mesin sendiri yang bisa memudahkan produksi roti konde.
Mesin ini menggunakan sistem drafting. Sistem seperti ini cocok digunakan untuk memipihkan adonan setipis mungkin hingga hitungan mikro, yang artinya lebih tipis dari mili.
Bahkan, ada beberapa tamu yang datang dari India untuk melihat mesin yang dibuat oleh Askar. Karena di India mereka masih membuat secara manual sementara di sini sudah ada mesin yang memudahkan produksi roti konde.
"Saya pikir nanti semakin tua pasti akan terbatas, jadi kenapa enggak saya buat mesin yang bisa mempermudah. Pembuatannya memang tidak mudah, banyak percobaan trials and errors, tapi akhirnya mesin ini bisa sangat membantu," ungkap Askar.
Satu orang pekerja sekitar delapan jam hanya bisa membuat 300 roti secara manual. Sementara dengan mesin buatan Askar, produksi roti bisa sampai 1.000 potong dalam sehari.
Baca juga: Berjualan Sejak 1980, Ini Kisah Bisnis Legendaris Es Campur Ko Acia
Inilah menjadi salah satu inovasi baru yang membedakan generasi pertama dan generasi kedua roti Ka Nung. Meskipun begitu, resep, kualitas, dan cita rasa tetap sama. Tak ada yang berubah.
Selain itu, masih ada cerita menarik dari Roti Ka Nung. Pasalnya, UMKM yang terletak di Jalan Sedane Empang, Kota Bogor ini juga memperkerjakan para difabel.
Askar mengatakan, teman-teman difabel juga memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, bekerja, dan berkegiatan seperti yang lain. Askar berupaya menggali potensi mereka dengan memberikan pelatihan.
Meskipun terkadang terkendala dalam hal komunikasi, tetapi baik teman-teman difabel, Askar, dan karyawan yang lain berusaha untuk saling belajar perlahan-lahan.
"Kenapa mengkaryakan teman-teman difabel, karena mereka punya keinginan yang sama. Mereka ingin bekerja, punya penghasilan, dan punya kesempatan. Menurut saya semua bisa dilakukan selama ada kemauan untuk belajar dan berusaha. Pelan-pelan kami juga mulai belajar bahasa isyarat," jelas Askar.
"Bahkan mungkin, selain dari kualitas produk yang kami tawarkan, doa-doa dari mereka juga yang membuat bisnis ini bisa semakin laris," imbuhnya.
Baca juga: Kisah di Balik Kopi Tjap Teko, Si Legedaris Lintas Generasi
Nama Roti Ka Nung yang legendaris ini semakin terdengar dan tak hilang pamor. Buktinya, media-media dan tokoh publik silih berganti berkunjung dan meliput Roti Ka Nung Bogor.
Bisnisnya pun semakin berkembang mengikuti digitalisasi. Kini, Roti Ka Nung tersedia di berbagai e-commerce dan memaksimalkan promosi di media sosial.
Roti Ka Nung kini tidak hanya menjual roti konde saja, melainkan juga beragam makanan khas Timur Tengah yang menggugah selera. Askar mengatakan terbuka untuk kerja sama franchise dan sedang proses membuka cafe dine in Roti Ka Nung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.