Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Banyak Orang Enggan Pakai QRIS, BI Ungkap Tantangan Transaksi Digital

Kompas.com - 15/06/2024, 10:30 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini ekosistem kegiatan perekonomian di Indonesia secara bertahap mulai beralih pada sistem berbasis digital.

Transaksi digital menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sudah banyak diadopsi oleh pelaku usaha karena prosesnya lebih mudah, cepat, dan tepat nominal.

QRIS juga memberikan banyak keuntungan bagi pelaku usaha, yaitu tidak perlu lagi kesulitan mencari uang kembalian, transaksi tercatat secara otomatis, memiliki data pemasukan dan pengeluaran keuangan, serta bisa mendapatkan banyak promo.

Baca juga: 4 Cara Update Tren dalam Pemasaran Digital, Pelaku Usaha Harus Tahu

 

Itu sebabnya, bisnis bisa memiliki peluang untuk semakin berkembang jika terus mengikuti perkembangan teknologi digital.

Sayangnya, sebagian masyarakat belum tergerak untuk menggunakan transaksi digital, karena masih lemahnya tingkat literasi digital di Indonesia.

Direktur Grup Perlindungan Konsumen Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Diana Yumanita mengatakan, transaksi digital memang  memiliki tantangan tersendiri, tetapi tantangan tersebut bisa diantisipasi melalui pemahaman dari literasi digital.

Hal itu, ia ungkap dalam acara Dialog Inspiratif AstraPay dengan tema 'Pengembangan Literasi Keuangan Digital Berbasis QRIS : Pendekatan Inovatif untuk Wilayah Indonesia', di Jakarta, Rabu (13/6/2024).

Menurut Diana, ada beberapa hal yang masih menjadi tantangan transaksi digital. Simak penjelasannya.

1. Tingkat Keamanan Data Pribadi

Salah satu tantangan utama dari transaksi digital adalah rentan penipuan. Hal ini sering terjadi karena banyak masyarakat yang memberikan nomor pin, kode OTP, hingga data pribadi kepada oknum-oknum tidak bertanggung jawab. 

Tentu saja, ini tidak lepas karena kurangnya pemahaman mengenai transaksi digital.

Maka dari itu, literasi digital sangat penting untuk setiap pengguna, agar bisa memahami apa saja risiko dan tantangan dalam menggunakan QRIS hingga bagaimana cara menjaga keamanan data pribadi.

Pada dasarnya, solusi utama dari tantangan ini kembali pada tingkat literasi digital. Semakin paham masyarakat tentang penggunaan transaksi digital, maka semakin terhindar pula mereka dari risiko terkena penipuan.

"Literasi keuangan digital menjadi sangat penting, agar masyarakat dapat memahami manfaat dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan sistem pembayaran digital,' jelas Diana.

"Tanpa pemahaman yang memadai, masyarakat bisa rentan terhadap penipuan, penyalahgunaan data, dan masalah keamanan lainnya," lanjutnya.

Baca juga: QRIS Bisa Permudah UMKM untuk Dapatkan Akses Permodalan

2. Penyalahgunaan QRIS

Tidak dapat dipungkiri, banyak terjadi penyalahgunaan QRIS. Masih berhubungan dengan tindak penipuan, karena melalui scan barcode, terkadang ada pekerja jahil.

Mereka sengaja memasukkan nominal lebih saat input harga, atau bahkan tidak mengarahkan konsumen untuk scan barcode ke rekening perusahaan tapi justru ke rekening pribadi.

Dalam hal ini, solusi untuk mengantisipasinya adalah dengan meningkatkan kewaspadaan konsumen.

Para konsumen perlu mengerti cara penggunaan QRIS, misalnya dengan scan langsung di tempelan yang tersedia di lokasi dan cek ulang keterangan di QRIS sebelum pembayaran.

Selain itu, pastikan untuk teliti dalam melihat nominal angka yang akan dibayar, jangan sampai konsumen lengah dan tidak fokus, sehingga bisa terjadi penipuan atau kelebihan transaksi.

"Literasi digital oleh para konsumen masih minim untuk memeriksa ulang, sehingga rentan terkena penipuan dalam transaksi digital. Itu sebabnya, penting untuk peka dalam bertransaksi digital," ujar Diana.

3. Tidak Tahu Cara Menggunakan dan Jaringan Error

Bagaimanapun, tantangan dari transaksi digital adalah bergantung dengan jaringan internet. Jika jaringannya tidak stabil, kemungkinan akan menghambat proses transaksi.

Beberapa kendala juga sering ditemui karena aplikasi yang error. Ini membuat beberapa orang masih enggan menggukan QRIS.

Selain karena jaringan, beberapa pelaku usaha juga tidak tahu bagaimana cara menggunakan transaksi digital, sehingga mereka enggan untuk menggunakan QRIS dalam berbisnis. I

Itu sebabnya, literasi digital kembali dibutuhkan untuk menjadi solusi dari permasalahan ini.

Meski demikian, Diana menekankan, Bank Indonesia selaku regulator terus berupaya untuk mendorong literasi digital dan membangkitkan ekosistem keuangan digital di Indonesia.

Bahkan, jika pengguna QRIS mendapati kendala-kendala, mereka bisa langsung mengajukan aduan ke pihak Bank Indonesia agar bisa dibantu selesaikan.

Baca juga: BI dan AstraPay Ungkap Keuntungan Transaksi Bisnis dengan QRIS bagi Pelaku UMKM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau