"Lebih baik beri pengertian ke pelanggan kalau ini produksi terbatas, mereka beli, mereka coba, lalu lihat responnya kalau bagus baru produksinya lebih banyak. Dengan begitu risiko di kita rendah karena enggak ada barang yang enggak gerak, pelanggan juga percaya ke kita," imbuh Amron.
Baca juga: Ingin Bisnis Parfum Bisa Cuan? Simak Tips dari Founder Carl & Claire Ini
Selain itu, HMNS Perfume berkomitmen untuk tidak boleh ada produk yang mendekati kadaluarsa. Cara untuk menghindari hal tersebut adalah deman memerhatikan permintaan harian untuk produksi.
Misalnya saat HMNS Perfume luncurkan produk baru dan habis 1000 pieces. Dari sini para founder akan memperkirakan berapa kebutuhan jumlah produksi dalam satu hari. Anggap dalam sehari butuh 10 pieces, maka mereka akan produksi untuk persediaan dua bulan saja yaitu sebanyak 600 pieces.
Ketika dijual secara reguler maka bisa dilihat apakah dalam sehari memang habis 10, kurang dari 10, atau justru lebih dari 10. Dengan begitu HMNS Perfume bisa lebih pasti dalam mengelola produksinya.
"Misalnya ternyata kebutuhan produksinya bukan 10 pieces perhari tetapi 20 pieces, maka stok 600 pieces di awal akan habis dalam sebulan. Baru habis itu kami produksi lagi, jadi kami sangat melihat demand hariannya itu pergerakannya bagaimana, keputusan jumlah produksi berdasarkan dari itu," papar Amron.
Keempat cara mengelola produksi dan keuangan ini berujung pada menghindari produksi berlebihan dan berujung risiko produk tidak terjual. Para founder HMNS Perfume yang memiliki komitmen dengan skema bootstrapping berusaha merampingkan segala pengeluaran dan menghindari keluarnya modal secara sia-sia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.