MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah Republik Indonesia (RI) menggalakkan program Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura bagi para petani. Saat ini, sudah ada tujuh daerah di Jawa Timur yang menjadi pilot project untuk diterapkan.
Asisten Deputi Pengembangan Agrobisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Yuli Sri Wilanti mengatakan, beberapa daerah diantaranya yakni Jember, Jombang, Pasuruan, Malang dan lainnya. Program ini diharapkan dapat mensejahterakan para petani dengan membuat ekosistem usaha pertanian yang lebih baik.
Program ini didukung oleh beberapa kementerian lain yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan serta instansi lainnya.
"Tujuannya adalah melakukan pendampingan kepada para petani dari mulai hulu sampai hilir. Artinya kita membangun ekosistem end-to-end. Bagaimana petani itu bisa memproduksi sesuai kebutuhan pasar," kata Yuli, Rabu (4/9/224) di Kota Malang, Jawa Timur.
Program kemitraan ini bisa diikuti oleh kelompok tani. Yuli mencontohkan keberhasilan pilot project di Garut, Jawa Barat yang dimulai dengan 10 petani dengan luas lahan 4 hektare.
"Sekarang, sudah 125 orang dengan 75 hektar. Artinya kan, kita mengajari petani ini kan, butuh proses. Jadi mulai dari yang kecil, 5 orang itu enggak apa-apa sekarang. Nanti Insya Allah saya yakin, begitu tahu hasilnya bagus, pasarnya ada, harganya, teman-teman pertanian lain mau gabung," kata Yuli.
Di Malang sendiri, program ini baru berjalan di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Program ini diikuti oleh 5 petani dengan luas lahan garapan 9 hektare.
Baca juga: Teten Masduki Tekankan Pentingnya Konsolidasi Kelola Hasil Pertanian
Yuli melanjutkan, bahwa Kabupaten Malang dipilih karena produktivitas pemerintah daerah setempat dinilai sangat bagus untuk pengembangan pertanian hortikultura.
"Kabupaten Malang sebagai salah satu sentra yang sangat baik, produktivitas pemerintah daerah ini menjadi sangat penting. Jadi Pak Bupati sangat konsen, ditambah lagi di sini ada Polbangtannya yang punya program sangat bagus dengan pertanian milenialnya, sehingga kami lebih confident oh. Karena keberhasilan utama dari program ini adalah di tangan pemerintah daerahnya," ungkapnya.
Dalam program ini, petani diperhatikan kebutuhannya, yakni mulai dari sarana produksinya seperti pupuk, bibit, pembiayaannya, kemudian pendampingan dalam bagaimana cara berbudidaya yang baik, good agriculture practices, dan juga dikenalkan dengan smart farming-nya.
"Kemudian nanti pendampingan sampai dari petani, lalu pasca panennya, sampai pemasaran disambungkan dengan off tacker-nya," katanya.
Baca juga: 4 Strategi Membangun Bisnis Startup Pertanian
Orientasi petani diarahkan sesuai kebutuhan pasar, sehingga komoditi yang dibutuhkan yang ditanam oleh petani.
"Nanti diajarin pola tanam ini seperti apa, varietasnya sesuai kebutuhan petani seperti apa, jadi ada standarisasinya," katanya.
Harapannya dengan program tersebut, petani yang tergolong dalam usaha mikro bisa memperoleh kepastian akses sarana produksi, permodalan, pemasaran. Sehingga hal ini ada jaminan pasar dan jaminan harga yang didapatkan petani.
"Kalau sudah seperti ini, petani sudah tidak usah ragu-ragu lagi mau menanam apa, jual kemana, sudah jelas semuanya di dalam komitmen ini. Nanti kalau ini secara bertahap, koperasi kan juga menjadi agregator," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya