Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMKM Mukti Tempa Dibina Astra Tingkatkan Manajemen, Raup Omzet Jutaan

Kompas.com, 10 September 2024, 21:56 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - UMKM Pandai Besi bernama Mukti Tempa yang berlokasi di Pasir Wetan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Muchlis (52), sang pemilik usaha tersebut berhasil mengembangkan bisnis yang ia rintis sejak tahun 2002 ini.

Dalam acara kunjungan ke UMKM Banyumas Binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Muchlis membagikan perjalanannya dalam berbisnis pandai besi dan sejauh mana perkembangan UMKM ini.

Semulanya, Muchlis yang hanya memproduksi pisau dapur saja di awal-awal memulai bisnisnya. Kini, Mukti Tempa dapat menghadirkan produk-produk baru dan menjadi lokasi percobaan pembuatan egrek (alat yang digunakan untuk memanen sawit) dalam kolaborasi YDBA, PT Astra Agro Lestari Tbk dan PT Astra Otoparts Tbk.

Baca juga: Kisah Bengkel Suryo Motor Binaan YDBA, Raup Omzet Ratusan Juta Sebulan

Merintis Bisnis Pande Besi Melalui Pisau Dapur

Kisah ini bermula dari Muchlis yang pada saat itu masih bekerja di luar kota. Muchlis mulai merasa susahnya bekerja di luar kota terus menerus, akhirnya ia memilih untuk berhenti demi bisa mengurus isteri dan anak-anaknya.

Berhubung latar belakang pekerjaan orang tua Muchlis yang juga bergelut di industri pandai besi ini, Muchlis pun mencoba untuk membuka usaha yang sama. Ia mulai membuat pisau dapur dari gergaji bekas. Tempat produksi yang saat itu masih beralas tanah tidak menghalangi tekad Muchlis untuk komitmen dengan bisnisnya ini.

Namun, seiring berjalannya waktu Muchlis semakin sadar bahwa tidak bisa selamanya bergantung dengan satu produk pisau dapur saja. Muchlis berniat untuk semakin mengembangkan Mukti Tempa.

Sadar Pentingnya Variasi Produk

Muchlis (Owner Mukti Tempa), Arif Rahman Hakim ( Sekretaris Kemenkopukm), Rahmat Samulo (ketua pengurus YDBA), dan Ema Poedjiwati Prasetio ( Sekretaris pengurus YDBA) berkunjung ke Mukti Tempa dan melihat produk-produk olahan besi di sana.KOMPAS.com - Anagatha Kilan Sashikirana Muchlis (Owner Mukti Tempa), Arif Rahman Hakim ( Sekretaris Kemenkopukm), Rahmat Samulo (ketua pengurus YDBA), dan Ema Poedjiwati Prasetio ( Sekretaris pengurus YDBA) berkunjung ke Mukti Tempa dan melihat produk-produk olahan besi di sana.

Baca juga: Dibina YDBA, Bengkel Kampoeng Auto Naik Omzet 10 Kali Lipat

Memasuki tahun 2010, Muchlis mulai menghadirkan produk-produk baru seperti golok, sabit, dan semacamnya. Bahkan, kini Mukti Tempa justru lebih dikenal sebagai produsen golok.

"Tidak bisa diam di pisau dapur saja. Karena misalnya harga bahan baku meningkat 20 persen, sementara harga jual kami hanya 10 persen, kan keuntungannya kurang dan tidak menutup. Jadi kami buat produk-produk lain," ujar Muchlis kepada Kompas.com, Senin (2/09/2024).

Meskipun sudah tergerak untuk meningkatkan potensi bisnisnya, tetapi pada dasarnya Mukti Tempa masih perlu memenuhi hal-hal lain untuk bisa terus bertahan di industri ini. Singkat cerita, di tahun 2020 Mukti Tempa bergabung menjadi UMKM Banyumas Binaan  Astra melalui YDBA.

Giat mengikuti beragam pelatihan, sedikit demi sedikit perubahan semakin terlihat di Mukti Tempa. Masih ingat dengan tempat produksi beralaskan tanah dahulu? Terbukti kini telah berubah menjadi sebuah tempat produksi yang lebih layak dan tertata. Artinya Mukti Tempa telah mengalami banyak peningkatan dari segi manufaktur.

Memajukan Bisnis dan Raup Omzet Jutaan

Baca juga: Cerita Bengkel Azzahra Banyuwangi Bisa Berkembang Setelah Didampingi YDBA

Muchlis mengaku, kini ia lebih banyak belajar mengenai teknik dan praktik dari teknisi yang ahli di bidangnya. Tidak hanya itu, Muchlis juga menerapkan standar pelayanan dan cara mengelola bisnis sehingga lebih terorganisisr manajemen dan opersionalnya berkat pelatihan basic mentality dan program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) yang ia dapat sebagai anggota binaan.

"Pelatihan basic mentality juga sangat berpengaruh, karena kami bisa menerapkan ini ke dalam proses produksi sehingga standar produk sangat terjaga kualitasnya," ucap Muchlis.

Bahkan kini Muchlis berhasil merakit beberapa mesin tempa sendiri untuk meningkatkan produktivitas produksi. Jika sebelumnya Muchlis mampu menghasilkan sekitar 12 golok saja karena dikerjakan secara manual, kini dalam sehari mencapai 40 golok yang bisa dihasilkan.

Muchlis (Owner Mukti Tempa), Arif Rahman Hakim ( Sekretaris Kemenkopukm), Rahmat Samulo (ketua pengurus YDBA), dan Ema Poedjiwati Prasetio ( Sekretaris pengurus YDBA) berkunjung ke Mukti Tempa dan melihat mesin tempa rakitan Muchlis.KOMPAS.com - Anagatha Kilan Sashikirana Muchlis (Owner Mukti Tempa), Arif Rahman Hakim ( Sekretaris Kemenkopukm), Rahmat Samulo (ketua pengurus YDBA), dan Ema Poedjiwati Prasetio ( Sekretaris pengurus YDBA) berkunjung ke Mukti Tempa dan melihat mesin tempa rakitan Muchlis.

Satu pieces golok dijual dengan harga Rp 35.000, maka dalam sehari jika berhasil produksi dan menjual 40 pieces golok dapat dikatakan omzet yang dihasilkan bisa mencapai Rp 1.400.000.

Halaman:

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau