Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MenKopUKM Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Utama Startup Go Global

Kompas.com - 19/09/2024, 07:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki menjelaskan tiga tantangan utama startup untuk menembus pasar global dalam acara sharing session program Startup Go Global 2024 dengan tema Peningkatan Daya Saing Startup Indonesia from Local to Global,

Dalam acara yang digelar oleh Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) di Jakarta, Selasa 17 September 2024 ini, dalam sambutannya Teten menekankan bahwa peluang startup nasional untuk go global sangat terbuka lebar, terlebih lagi jika tiga tantangan utama berikut dapat ditangani dengan optimal.

“Ada tiga tantangan utama yang kerap dihadapi para startup. Untuk menjawab tantangan tersebut, kami berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh bagi startup Indonesia melalui berbagai program strategis," ujar Teten, Selasa (17/9/2024).

Baca juga: Dukung Pebisnis Kopi Lokal, Kemenkop UKM Beri Pelatihan untuk Barista

Tantangan yang pertama terkait akses ke pasar global. Lebih lanjut Teten mengatakan, startup Indonesia harus memiliki pemahaman mendalam mengenai pasar internasional. Pemahaman ini juga termasuk hal-hal mengenai regulasi, budaya bisnis, serta preferensi konsumen di negara-negara target.

Berhubungan dengan hal ini, dalam program Startup Go Global 2024 KemenKopUKM menjalin kerja sama dengan Queenland University of Technology (QUT) Australia terkait upaya penguatan dan pengembangan SDM startup.

Melalui kerja sama yang dijalin selama ini, QUT membuka kesempatan bagi startup atau lembaga Inkubator Indonesia untuk mempelajari praktik terbaik dalam pengembangan industri agribisnis yang telah terbukti sukses di Australia.

Baca juga: Kemenkop UKM Gandeng APSKI Gelar Entrepreneur Hub Goes to Campus di Makassar

"Kami berharap kerja sama ini dapat terjalin erat dan saling memberikan manfaat yang luas bagi kemitraan kedua negara," ujar Perwakilan Queenland University of Technology (QUT) Australia, Hellen Wallace.

Tantangan kedua, kapasitas dan skalabilitas. Startup perlu membangun kapasitas dan strategi untuk melakukan ekspansi, baik itu dari segi teknologi, sumber daya manusia, maupun modal.

Terkait hal ini, Teten mengaku telah membuka komunikasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengkomersialisasi hasil riset dari para akademisi atau profesional. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi para startup untuk dapat melanjutkan hasil riset tersebut menjadi produk yang siap dipasarkan.

Baca juga: Kemenkop UKM Ajak Startup dan Petinggi Inkubator Jajaki Peluang Bisnis di Australia

"Jadi para startup harus paham dulu bahwa bisnis yang mau dijalankan apa sehingga teknologi digitalnya harus mengikuti bisnisnya, bukan sebaliknya," tegas Teten.

Tantangan yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah mengenai kolaborasi dan jaringan internasional. Startup secara mutlak harus mampu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar negeri. Pihak-pihak tersebut antara lain pemerintah, lembaga riset, hingga korporasi global.

"Kita lihat di banyak negara bahwa ekosistem mereka (startup) sangat terbuka bagi kita untuk memanfaatkannya, kita sudah kerja sama dengan DBS Singapura, dengan Australia, Belanda, Korea Selatan, dan lainnya untuk mendorong lebih banyak startup Indonesia go internasional,"  jelas Teten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau