Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Lidya Rinaldi, Kembangkan Bisnis di saat Vanila Hampir Punah di Indonesia

Kompas.com - 17/09/2022, 11:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - La Dame in Vanilla bukan sekedar produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) biasa. La Dame in Vanilla justru berhasil membangkitkan komoditas vanila di Indonesia yang hampir punah. 

Pendiri “La Dame in Vanilla” Lidya Rinaldi menceritakan bisnisnya berawal saat komoditas vanila di Indonesia hampir punah. Kepunahan komoditas sudah di depan mata karena harga jualnya yang sangat murah dan petani tak lagi mau menanam komoditas unggulan tersebut.

“La Dame in Vanilla memulai bisnis usaha ini pada saat vanila Indonesia di titik terendah. Jadi La Dame in Vanilla seperti menghidupkan kembali vanila Indonesia. Walaupun kontribusi kami sedikit, tapi kami ada impact-nya,” kata Lidya di Jakarta, Jumat seperti dikutip dari Antara.

La Dame in Vanilla merupakan UMKM asal Bali yang mulai menjual ekstrak vanila untuk umum pada tahun 2016. Lidya awalnya membuat ekstrak vanila hanya untuk konsumsi pribadi dan dibagikan kepada tamu hotel di tempatnya bekerja.

Ekstrak vanila buatan Lidya mendapatkan respon baik. Ia pun sadar vanila punya nilai yang berharga.

Lidya membuat ekstrak vanila dengan bahan baku yang dibeli di pasar swalayan. Lidya kemudian mendapatkan tantangan yaitu tak tersedianya bahan baku di pasaran saat usahanya mulai berjalan.

“Jadi saya bingung, sudah mulai ada yang beli, tahu-tahu bahan bakunya sudah nggak ada. Saya riset lagi, saya sampai telepon ke Dinas Pertanian, dia bilang enggak ada lagi yang jual vanila,” cerita Lidya.

Bujuk para petani

Pendiri La Dame in Vanila, Lidya Rinaldi bersama petani vanila di Gianyar, Bali.Dok. Instagram Lidya Rinaldi Pendiri La Dame in Vanila, Lidya Rinaldi bersama petani vanila di Gianyar, Bali.

Lidya pun ambil inisiatif agar ekstrak vanila La Dame in Vanilla tetap dapat diproduksi. Ia mencari dan membujuk para petani yang memiliki pengalaman menanam vanila untuk bekerjasama.

Bagi Lidya, mencari petani vanila yang mau bekerja sama dengannya bukan hal yang mudah. Para petani masih tak mau menanam vanili lantaran harga jual buah vanili yang rendah.

Salah satu tantangan terbesar, kata Lidya, bagaimana meyakinkan mereka untuk bekerja sama dengannya karena kebanyakan pihak yang mendatangi petani vanili biasanya dari kalangan tengkulak atau orang asing.

“Saya juga enggak mau menjanjikan apa-apa ke petani. Saya cuma bilang, ‘Oke kita coba. Kita akan sama-sama, Pak. Bapak tanam (vanila) karena saya nggak bisa menanam dan saya nggak ngerti. Begitu ada hasilnya, saya bisa memproses dan saya bisa menjualnya,” kata Lidya.

Kini telah banyak petani vanila yang bermitra dengan La Dame in Vanilla yang tersebar di 10 titik di Indonesia, seperti Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Sulawesi. Namun, Lidya mengatakan pihaknya fokus membangun kerja sama dengan petani Bali mengingat basis produksi La Dame in Vanilla berada di Baali.

“Aku melihat ini bisa menjadi peluang bisnis. Dengan aku jadikan ini peluang bisnis, aku bisa memberikan peluang yang lebih banyak lagi kepada para petani yang tadinya sudah (menyerah), vanila kita itu benar-benar sudah hampir punah,” kata Lidya.

Ia menambahkan bahwa masih banyak petani yang belum memahami proses menanam vanila yang baik, kebanyakan hanya asal menanam, memanen, dan mengeringkan. Lidya menekankan, proses menanam yang baik dan melewati proses panjang akan menghasilkan vanila yang berkualitas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com