Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Krisna Pratama Ubah Kayu Bekas Perahu Jadi Bisnis Furnitur

Kompas.com - 12/03/2023, 13:05 WIB
Zalafina Safara Nasytha,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Furnitur berbahan dasar kayu sudah tak asing di pasaran, terutama yang menggunakan kayu jati, karena kayu ini termasuk jenis kayu berkualitas tinggi.

Namun, pernahkah kamu melihat furnitur yang menggunakan kayu bekas perahu ikan sebagai bahan dasar pembuatannya?

Seorang pria asal Bali, Krisna Pratama, telah lama melakukan bisnis furnitur dengan memanfaatkan kayu bekas perahu ikan.

Di tahun 2005, Krisna yang sebelumnya seorang mantan pebisnis di bidang rotan, memutuskan untuk berpindah haluan dan memulai sebuah bisnis baru.

Baca juga: Kemendag Dorong Pelaku Ekonomi Kreatif di Malang Perkuat Produk Digital

“Sebelumnya saya pernah dikasih ide sama tamu untuk cari sesuatu yang bahannya berwarna asli. Kemudian, saya terus buat dari bak truk, kan itu warnanya merah, biru. Akhirnya saya buat itu, tapi terlalu monoton warnanya dan furnitur saya jadi tidak bervariasi,” jelasnya kepada Kompas.com saat ditemui Jumat (10/3/2023), di Jakarta.

Tak kehabisan cara, ia pun mencoba bahan lain dengan berdasarkan ide dari seorang tukang yang bekerja untuknya.

“Akhirnya saya dikasih ide sama tukang untuk coba cari kayu perahu, karena perahu-perahu ikan yang sudah tidak dipakai itu dibakar sama mereka (nelayan). Karena saya lihat warnanya warna-warni juga, akhirnya saya pakai untuk jadi bahan,” sambungnya.

Ia menjelaskan, bahwa keunikan dari kayu perahu sendiri adalah keaslian warnanya dan kualitas kayunya yang bebas rayap, di mana hal ini juga menjadi nilai plus tersendiri bagi produknya.

Baca juga: Menilik Potensi Bisnis Jasa Produk Virtual

“Ini hanya Indonesia aja nih yang begini, negara lain enggak. Ini warnanya asli ya. Jadi Indonesia ada budaya Petik Laut, setelah panen raya ikan, nelayan itu menghias perahunya supaya cakep, mengucapkan syukur gitu, makanya perahunya berkali-kali dicat. Itu sebabnya dia unik, warnanya orisinil,” ucap Krisna.

Krisna mengungkap, sebesar 95% diekspor untuk memenuhi permintaan customers, terutama di Eropa. Sementara 5% lainnya ia supply ke beberapa villa di Bali.

Dalam bisnisnya yang bernama Divadi Boat Wood Furniture ini, Krisna melakukan proses pemasaran dengan memanfaatkan penggunaan website dan pameran-pameran, salah satunya IFEX 2023 di Jakarta.

Baca juga: Kisah James Silalahi, Usaha Drum Bekas Hingga Raup Omzet Miliaran Rupiah

Produk Divadi Boat Wood FurnitureZalafina Safara N Produk Divadi Boat Wood Furniture
Bahkan, ia juga pernah mengikuti pameran di Frankford, Australia.

Hanya dengan memproduksi satu set dining table pada awalnya, kini Krisna mampu menghasilkan bermacam-macam produk, seperti dining set table, photo frame, coffee table, kursi taman, dan rumah burung kecil.

Ia terus membuka peluang dengan melakukan inovasi dan menerima custom order dari customer-nya.

Baca juga: Kisah Hery Budianto, Jual Aksesoris dari Kayu Pinus hingga Beromzet Puluhan Juta

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Perkuat Koperasi dan UMKM, Mantan Gubernur BI Luncurkan BACenter
Perkuat Koperasi dan UMKM, Mantan Gubernur BI Luncurkan BACenter
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau