JAKARTA, KOMPAS.com – Membuka bisnis bengkel nampaknya menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan yang banyak mobilisasi kendaraan, baik motor maupun mobil.
Berdasarkan data Kepolisian Republik Indonesia (Polri), tercatat jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 152,51 juta unit hingga akhir 2022 dengan 83,27 persen di antaranya berupa sepeda motor.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, menunjukkan jumlah mobil penumpang di Indonesia mencapai sekitar 17,2 juta unit pada akhir 2022.
Tentu hal ini menjadi peluang yang bagus bagi pelaku UMKM yang baru mau membuka bisnis di bidang otomotif, yakni bisnis bengkel.
Baca juga: Kelola Bisnis Bengkel Secara Kekeluargaan Kini Tak Relevan Lagi...
Ketua Umum Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN), Hermas E. Prabowo, menjelaskan bahwa ada satu hal penting yang dapat menjadi penentu apakah bisnis bengkel tersebut dapat berjalan dengan baik atau tidak.
Ia mengatakan, ketika membuka bisnis bengkel, terutama bengkel motor, tidak bisa hanya mengandalkan jasa melainkan harus diimbangi juga dengan penjualan sparepart kendaraan yang dibutuhkan.
“Karakter bisnis bengkel motor dan mobil itu berbeda, kalau motor itu 60% ada pada bisnis sparepart. Jadi, kalau mau berhasil dalam bengkel motor, kita harus menguasai sparepart-nya dan ini juga didukung dengan kemampuan mekanik yang bisa dipercaya oleh pelanggan,” ujarnya dalam acara Bronis UMKM, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: PBOIN, Wadah bagi Pelaku UMKM Bengkel di Indonesia untuk Berkembang
Untuk memenuhi kebutuhan sparepart tersebut, biasanya akan banyak supplier yang datang untuk menawarkan produknya dan menitipkannya kepada pelaku-pelaku usaha bengkel yang ada.
Sebagai informasi, supplier adalah pihak yang memasok produk atau jasa kepada bisnis lain.
“Nah seringnya, kesalahan yang dilakukan adalah ketika pelaku usaha ini dipercaya oleh supplier, (tapi) pembayarannya enggak konsisten karena mereka enggak punya neraca keuangan yang baik, mereka enggak ngerti cara menghitung cashflow, enggak bisa mengatur keuangan dengan baik sehingga uang yang seharusnya dibayarkan ke supplier, malah terpakai untuk yang lain,” jelasnya.
Jika hal seperti di atas terjadi, maka dapat dipastikan bisnis bengkel milikmu lama-kelamaan akan mati dan tidak memiliki supplier yang mengirimkan barang.
Oleh karena itu, menjaga hubungan yang baik dan berkomitmen dengan perjanjian yang telah disepakati menjadi hal penting yang harus benar-benar diperhatikan.
Baca juga: Tips Penting Sebelum Merintis Usaha Bengkel untuk Pelaku UMKM
“Disiplin dalam bayar ke supplier, sekalipun besok lebaran, kalau hari ini jatuh tempo ya harus tetap dibayar," kata Hermas.
"Kenapa? Supplier itu salesnya dapat bonus kalau kita bayarnya tertib nah kalau nggak si sales nggak dapet bonus, artinya kan kita sudah mengambil keringatnya mereka, itu nggak berkah juga,” tambahnya.
Jika kamu membayar supplier tepat pada waktunya dan tidak diundur-undur, maka suplier juga akan bersikap loyal terhadap bengkelmu, di mana hal ini akan menguntungkan juga bagi bisnis bengkel milikmu.
“Saya kalau sama supplier saya telfon minta kirim oli sekarang, itu sales-nya langsung datang, dia prioritas. Kenapa? Karena saya tidak pernah telat bayar,” pungkas Hermas.
Baca juga: Usaha Bengkel Custom Punya Peluang Cuan Besar, Tertarik Coba?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.