Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apresiasi Revolusi Lokal, Teten Masduki: Bukan Soal Gagah-Gagahan Bernasionalisme

Kompas.com - 10/11/2023, 19:52 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com -  Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan gerakan Revolusi Lokal menjadi momentum aksi nyata atau langkah konkret keberpihakan terhadap produk UMKM domestik di tengah serbuan produk impor.

“Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar dan diperkirakan akan menjadi negara maju di tahun 2045. Indonesia juga menjadi salah satu dari tiga negara G20 yang pertumbuhan ekonominya bisa mencapai lebih dari 5 persen di tengah gejolak situasi global,” kata Teten dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (10/11/2023).

Menurut Teten, adanya gerakan Revolusi Lokal ini menjadi momen untuk menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi, membeli, serta bangga menggunakan produk lokal.

“Saya turut bangga, karena gerakan Revolusi Lokal ini merupakan insiatif yang datang dari anak muda. Bukan soal gagah-gagahan bernasionalisme. Tetapi kita memang punya market besar dan daya beli yang cukup baik. Justru jangan sampai menjadi ironi, banyak market tetapi justru pasar dikuasai produk asing,” kata Teten.

Ia mengakui, persaingan yang semakin ketat dari produk-produk impor terutama dari China yang memiliki harga yang lebih murah dan kualitas yang semakin baik, justru membuat produk lokal semakin kurang kompetitif.

“Ancaman juga muncul, karena terjadi praktik crossborder ilegal dan predatory pricing. Ini ancaman serius bagi UMKM Indonesia. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan menerbitkan Permendag 31 Tahun 2023,” kata Teten.

Baca juga: Teten Masduki Ajak Influencer Promosikan Produk Lokal

Sementara itu, Pendiri dan Inisiator Revolusi Lokal Raymond Chin menambahkan, Revolusi Lokal merupakan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaaan masyarakat terhadap produk lokal.

Revolusi Lokal menggandeng tiga komponen penting dalam ekonomi negara produsen, konsumen, jajaran pemerintah, dan para pelaku bisnis terkait, seperti manufaktur, e-commerce, dan lain-lain.

“Gerakan ini berupaya untuk mengembalikan industri lokal agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri sehingga bisa bersaing dengan merek global,” ujarnya.

Ia pun menegaskan, untuk melindungi konsumen sekaligus memajukan Indonesia, UMKM sangat perlu dibina dalam berproduksi dengan penambahan value-chain di Indonesia, selain itu juga membuka lapangan perkerjaan, dan saling support sesama produsen tanpa diskriminasi atau perilaku menjatuhkan.

Baca juga: Pemkot Pekanbaru Bangun Sentra UMKM untuk Memasarkan Produk Lokal

Ketua Duta Revolusi Lokal sekaligus CEO Nama Beauty Luna Maya yang turut hadir menceritakan saat awal mula dirinya memulai bisnis di bidang kecantikan. Ia memulai bisnis pada 2019, ketika bisnis kecantikan lokal sedang hype dan booming. Di mana masyarakat mulai percaya dengan produk lokal.

“Tetapi di awal tahun ini setelah COVID-19, brand lokal dihadapkan pada tantangan datangnya produk luar dari platform e-commerce, dan memberikan dampak yang besar bagi bisnis lokal. Hal ini menjadi ombak yang luar biasa bagi UMKM lokal, termasuk saya yang bisa dibilang pendatang baru,” kata artis layar lebar dan sinetron itu.

Hal itu diakui Luna, sempat menjadi keresahan dalam dirinya dan sebagian besar pelaku usaha lokal lainnya. Akhirnya ia pun bertemu dengan Raymond Chin (Inisiator Revolusi Lokal) dan bertukar pikiran terkait keresahan yang sama.

"Keresahan bukan hanya dari sisi bisnis, tetapi juga terkait harapan suatu saat di mana Indonesia bisa menjadi tuan bagi produk-produk lokal. Produk lokal bisa bersaing di tingkat global," ucap Luna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com