Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omzet UMKM Turun, Kemenkop UKM Duga Kontestan Pemilu Gunakan Alat Kampanye Impor

Kompas.com - 11/01/2024, 08:22 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menduga pembelian alat kampanye Pemilu yang berasal dari luar negeri menjadi salah satu penyebab omzet UMKM penjual atribut kampanye turun hingga 90 persen.

Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius menuturkan, pemesanan alat kampanye dari luar negeri tersebut masih merupakan dugaan karena informasi tersebut didapatkannya usai melakukan wawancara kepada 15 orang pelaku UMKM yang berjualan di Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen Jakarta.

Praktik pembelian alat peraga kampanye seperti kaos, kemeja, jaket atau topi tersebut disebutnya sebagian besar dilakukan melalui e-commerce.

Baca juga: Dorong UMKM Tingkatkan Pemasaran Produk, Dekranasda Sumut Gelar Pelatihan Digitalisasi Promosi

“Pemilu 5 atau 10 tahun lalu banyak pemesanan barang-barang ke UMKM. Sekarang pesanan itu lari ke e-commerce dan juga yang kita tahu e-commerce barangnya dari luar negeri,” kata dia pekan ini. 

Selain karena harga yang ditawarkan penjual dari luar negeri lebih murah, Yulius juga menduga peserta Pemilu yang sudah memesan produk untuk kampanye melalui pelaku usaha mitra dari partai tersebut juga menjadi penyebab kampanye tidak berdampak signifikan pada pengusaha dalam negeri.

Pada kesempatan yang sama, salah seorang pedagang di Pasar Tanah Abang, Dody Ariyanto, mengaku bahwa pembelian atribut peraga kampanye dari luar negeri acap kali didengarnya dari mulut ke mulut sesama pedagang.

Namun penjualannya tidak dilakukan secara terang-terangan dengan cara dijajakan langsung di toko, melainkan langsung dikirim dari luar negeri ke alamat peserta Pemilu.

“Hanya mendengar dari mulut ke mulut tapi kita tau lah karena memang barang yang dari luar itu masuk dengan harga murah. Hanya saja, kita memang tidak mau mencari tau sampai ke sana lah, kita berjualan saja,” tuturnya.

Pembelian alat kampanye terutama kaos, diakuinya tidak hanya terjadi pada masa kampanye Pemilu 2024 saja namun sudah terjadi sejak masa kampanye yang lalu-lalu.

Baca juga: Incar Pasar Ekspor, Produsen Gula Semut Ini Kembangkan Dapur Sehat

 

Namun, pada periode kampanye tahun ini yang memang lebih singkat, ia mengeluhkan omzet yang sangat terpukul turun. Jika biasanya ia bisa mendapatkan hingga Rp20 juta per hari, kini turun hingga sekitar 70 persen.

Hal senada disampaikan oleh Ketua IPKB (Indonesia Pengusaha Konfeksi Berkarya) Nandi Herdiaman yang menuturkan bahwa kampanye Pemilu 2024 ini tidak berdampak pada pelaku UMKM terutama yang bergerak di bidang konveksi dan sablon yang memproduksi atau menjual alat peraga kampanye, padahal musim kampanye Pemilu menjadi momen yang ditunggu-tunggu.

“Sampai saat ini memang ada, bukan tidak ada, ada (pemesanan) tapi masih kurang. Dulu saat musim kampanye tahun 2019, tiga bulan sebelumnya sudah ada order dari 4 juta sampai 15 juta hanya dari partai. Sekarang, jutaan itu tidak sampai. Hanya puluhan ribu saja itu pun bukan dari partai hanya dari caleg,” sebutnya.

IPKB pun telah membantu mendorong penjualan sejak enam bulan terakhir dengan membekali para anggota atau penjual yang tergabung dalam organisasi untuk berjualan secara online.

“Kami juga menggandeng marketplace seperti Shopee untuk membantu para pelaku konveksi bisa tetap berjualan online. Ini upaya kami agar tetap bertahan di era digitalisasi saat ini,” kata Nandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com