JAKARTA, KOMPAS.com – Bisa dibilang, dodol tak sekedar makanan tradisional yang dihasilkan dari pengolahan berbagai jenis bahan baku. Lebih dari itu, makanan ini merupakan simbol kebersamaan.
Seperti halnya dodol Betawi, produk makanan tradisional tersebut menjadi penanda persatuan berbagai etnis yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Demikian pula dengan dodol Tenjo. Makanan tradisional yang berasal dari Bogor, Jawa Barat ini juga memiliki makna yang kurang lebih sama. Namun yang lebih menarik, dodol ini sekaligus menjadi simbol kekuatan ekonomi tradisional masyarakat Bogor dan Banten.
Baca juga: 3 Tips Berbisnis dalam UMKM Ala Pemilik Dodol Boga Rasa
Ya, kekuatan ekonomi masyarakat tecermin dalam dodol Tenjo ini, karena bahan baku yang dipakai oleh perajin dipasok oleh para pelaku usaha yang ada di kawasan tersebut. Mulai dari beras ketan, gula aren, hingga kayu untuk memasak, disuplai oleh para pemasok yang masuk dalam ekosistem dodol Tenjo.
Salah satu pelaku perajin dodol Tenjo adalah Egi Mardani yang mengusung merek Boga Rasa mengungkapkan, klaster dodol di kawasan Tenjo ini melibatkan rantai pasok yang luas. Banyak pelaku usaha lain yang ikut tergantung dengan eksistensi dodol Tenjo ini.
“Seperti bahan baku gula aren, kami ambil langsung dari perajin di Lebak Banten. Lainnya seperti beras ketan juga kami ambil dari pedagang di sekitar sini,” kata Egi, saat ditemui di rumahnya, Kamis (22/2/2024).
Egi mengungkapkan bahwa bahan baku yang dipasok oleh pemasok lokal yang ada di dalam ekosistem dodol Tenjo memiliki kualitas yang lebih terjaga.
Sementara itu Hj Suhaesih pendiri dodol Tenjo Boga Rasa mengungkapkan bahwa gula aren yang dia gunakan sebagai bahan baku dipasok oleh perajin dari Suku Baduy asli yang tinggal di kawasan Provinsi Banten.
Di kawasan Suku Baduy, pohon aren masih banyak dijumpai dan gula kelapa menjadi salah satu produk turunannya.
“Gula aren yang kami pakai juga dipasok oleh perajin gula dari Suku Baduy, yang proses pembuatannya masih menggunakan cara-cara tradisional,” kata dia.
Baca juga: Dodol Boga Rasa, Primadona Baru Oleh-oleh Tradisional Khas Jawa Barat
Selain gula aren, untuk keperluan bahan bakar dalam memasak, dodol Tenjo Boga Rasa juga menggunakan kayu bakar, yakni kayu puspa yang banyak diperoleh di kawasan hutan di Bogor Barat.
Kayu-kayu tersebut banyak dipasok oleh para pencari kayu yang tinggal di sekitar hutan. Mereka mengambil dahan-dahan yang jatuh untuk kemudian dikumpulkan dan disetorkan kepada para perajin dodol Tenjo.
Menurut Egi, keberadaan hutan juga turut menyokong eksistensi perajin dodol di kawasan Tenjo, termasuk dodol Boga Rasa. Hal ini sekaligus mengukuhkan bahwa usaha ini tidak lepas dari benefit atas lestarinya alam.
“Kami para perajin dodol banyak menggunakan kayu puspa yang diperoleh dari hutan yang ada di sekitar sini,” jelas Egi.
Egi menyatakan BRI memiliki peran yang signifikan dalam mendorong industri makanan tradisional, seperti halnya dodol Tenjo. Ada banyak program yang dijalankan BRI untuk mendorong pelaku UMKM bisa tumbuh dan berkembang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya