BATU, KOMPAS.com - Kawasan sentra tanaman hias di Desa Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur saat momen libur Lebaran 2024 ramai pembeli pribadi atau keluarga. Ratusan orang wisatawan yang datang ini meningkat sekitar 10 persen dibandingkan saat hari-hari akhir pekan.
Hal ini juga terlihat ramainya kendaraan-kendaraan dengan plat nomor polisi luar daerah yang memasuki Desa Sidomulyo.
Pembeli ada yang sengaja menyempatkan membeli tanaman hias usai bersilaturahmi ke saudara-saudaranya di Malang Raya, atau mampir karena sekaligus berlibur.
Bendahara BUMDes Mulyo Joyo Desa Sidomulyo, Sutrisno mengatakan, kecenderungan wisatawan saat ini bukan membeli tanaman hias, tetapi mencari jenis sayuran. Menurutnya, harga sayuran di pasaran yang relatif mahal menjadi alasannya.
"Yang lagi disenangi orang-orang (wisatawan) itu cari tanaman sayuran seperti cabai dan tomat untuk ditanam di halaman rumah. Kan sekarang agak mahal harga sayur itu. Untungnya, petani-petani tanaman hias di kita sudah mulai berinovasi, dan bisa melihat kondisi peluang itu," kata Sutrisno, Sabtu (13/4/2024).
Baca juga: Berawal dari Lapak Pinggir Jalan, Kini Kardila Sukses Buka Galeri Lansekap dan Tanaman Hias
Harga tanaman sayuran sekitar Rp 5.000 setiap ukuran polybag kecil. Sementara itu minat wisatawan untuk membeli tanaman hias dinilainya mulai berkurang, meskipun juga masih tetap menjadi yang utama diburu.
"Tanaman hias minat orang sudah berkurang, tidak untuk koleksi lagi seperti waktu pandemi (Covid-19). Sekarang orang cari tanaman hias untuk kebutuhan taman di rumahnya. Paling sekarang carinya tetap mawar harga Rp 3.000 - Rp 5.000, sama Bougenville yang terendah Rp Rp 15.000 sampai jutaan rupiah untuk yang bonsainya," katanya.
Meski begitu, petani tidak berani menurunkan harga tanaman hias karena menyeimbangkan dengan ongkos perawatan yang sedang naik. Kondisi tersebut menyebabkan keuntungan yang dirasakan para petani berkurang.
"Kalau kami turunkan harga, untuk naiknya lagi susah, sehingga tetap bertahan. Apalagi ongkos perawatan naik juga. Seperti petani mawar ongkos per polybag-nya itu yang sebelumnya Rp 1500, sekarang hampir Rp 2.000. Padahal, harga jual di petani Rp 2.500-Rp 3.000, tipis untungnya, belum mereka keluar tenaga juga," katanya.
Dikatakannya, para petani tanaman hias saat ini merasa susah dengan harga sekam padi untuk media tanam yang mahal. Penyebabnya, para supplier beralasan kesusahan mencari barang tersebut.
"Untuk saat ini kesulitan sekam padinya untuk media tanam, kata supplier-nya enggak ada panenan jemur padi, sepertinya ada permainan harga, karena yang dulunya per sak Rp 13.000, sekarang Rp 24.000," katanya.
Pihaknya berharap adanya solusi dari Pemkot Batu terkait permasalahan tersebut.
"Harapan kami pemerintah bisa berkolaborasi menjalani hubungan dengan pemerintah daerah lainnya untuk mencarikan stok sekam dengan harga yang standar, karena di tengkulak harganya tinggi sekali, sehingga ongkos produksi petani membengkak," katanya.
Baca juga: 5 Tips Sukses Usaha Sayuran Segar bagi Pelaku UMKM
Lebih lanjut, setiap wisatawan rata-rata berbelanja menghabiskan uang sekitar Rp 200.000 sampai Rp 300.000. Menurutnya, kondisi ramainya wisatawan menjadi penyeimbang karena sepinya tengkulak yang membeli tanaman hias dengan jumlah besar.
"Karena ini libur lebaran, mungkin tengkulak-tengkulak itu tidak kirim (jualan), mungkin mulai kirim Senin (15/4/2024) lagi, biasanya satu tengkulak sekali beli di petani bisa sampai Rp 9 juta untuk dijual lagi," katanya.
Sebagai informasi, di Desa Sidomulyo terdapat 9 kelompok tani (poktan) yang mayoritas sekitar 80-90 persen bergelut di tanaman hias. Setiap poktan beranggotakan sekitar 30-40 petani.
Sementara itu, tempat-tempat penjualan tanaman hias di Desa Sidomulyo berada di Pasar Bunga Sekar Mulyo, Mall Bunga, kios-kios dan warga-warga yang menjual di depan rumahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.