Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Generasi Kedua Mempertahankan Rasa Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih

Kompas.com - 28/05/2024, 12:35 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bisnis legendaris yang telah beralih kepada generasi kedua, ketiga, dan seterusnya memiliki tantangan yang sama, yaitu bagaimana cara mempertahankan rasa makanan atau minumannya.

Begitu juga dengan tantangan yang dirasakan generasi kedua Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Nenny (49), yang merupakan putri bungsu dari pendiri, selaku generasi pertama, yaitu Alm. H. Nein Ahmad dan sang istri Almh. Hj. Ratna.

Baca juga: Bakmi Gang Kelinci Ungkap Rahasia Rasa Bakmi Tak Pernah Berubah hingga Kini

Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih merupakan usaha keluarga. Setelah orangtua Nenny meninggal, Nenny dan kedua kakaknya mengambil alih untuk mengoperasikan bisnis tersebut.

Salah satu upaya mereka melestarikan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih adalah dengan mempertahankan cita rasa makanannya, agar tak berubah dan tetap disukai oleh pelanggan-pelanggannya.

Upaya Nenny dan kedua kakaknya berhasil, terbukti banyaj kalangan usia atas (yang sudah tua), masih suka berkunjung ke Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih.

Nenny mengungkap empat cara mempertahankan rasa Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih tetap otentik, yang ia dan keluarganya lakukan.

1. Tidak Mengubah Resep Generasi Pertama

Semua resep menu makanan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih berasal dari generasi pertama, yaitu orangtua Nenny. Sampai saat ini, ia mengaku tidak ada yang pernah mengubah resep turun temurun itu.

Jadi mereka sekeluarga berusaha keras untuk tetap membuat rasa makanannya sama. Mereka juga mendapat pesan dari Almarhum kedua orangtuanya, jika rasa makanan yang dihasilkan tidak enak, maka mereka tidak boleh menjualnya ke pasaran.

2. Memakai Bahan Baku yang Sama

Bagaimana mempertahankan rasa agar tetap sama? Jawabannya selain mempertahankan resep adalah dengan menggunakan bahan baku yang sama.

Begitulah cara Nenny dan keluarga. Mereka menggunakan bahan baku yang sama dengan bahan yang dipakai kedua orangtuanya ketika berjualan.

Meskipun harga bahan baku terus naik seiring berjalannya waktu, Nenny tidak akan mengganti bahan-bahannya dengan harga yang lebih murah.

Menurutnya, mengganti bahan sama saja dengan mengubah cita rasa.

3. Tidak Menurunkan Kualitas

Beberapa pelanggan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih protes karena harga makanan di Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih yang kerap naik. Hal itu terjadi, karena Nenny tidak ingin mengubah kualitas bahan baku yang ia pakai.

Baca juga: Kisah Cokelat Sulamina, Rasa Autentik dari Tangan Petani Lokal Kepulauan Sula

Ia dan keluarga tetap memakai kualitas yang sama atau bahkan yang lebih tinggi. Ia tidak akan menggunakan bahan yang kualitasnya di bawah dari yang dipakai orangtuanya dulu.

Tak hanya permasalahan bahan baku, ia juga memperhatikan porsi makanannya. Dari dahulu hingga sekarang, porsi makanan di Nasi Goreng Kambing tetap banyak, tidak pernah berkurang.

4. Pelatihan dan Pengawasan pada Karyawan

Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih saat ini telah mempunyai Sembilan cabang. Mereka juga telah memperkerjakan 50 orang.

Nenny dan keluarganya benar-benar melatih semua karyawan, terutama pada bagian dapur, seperti chef dan chef helper. Semua karyawan dilatih untuk memasak sesuai resep.

Nenny dan kedua kakaknya pun turun langsung mengawasi semua cabang. Mereka sesekali berkunjung untuk memperhatikan operasional Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih di seluruh outlet.

Baca juga: Perjalanan Bisnis CV. Sumber Karunia, Manfaatkan Sumber Daya Alam hingga Bertahan 3 Generasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com