Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Tips Memulai Bisnis Batik dari Rumah

Kompas.com - 19/02/2022, 11:09 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.comBatik, kain tradisional Indonesia yang sudah populer seantero negeri. Batik Indonesia diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.

Batik saat ini tidak hanya dipakai saat acara-acara resmi dengan model jadul, tetapi juga sebagai busana kerja. Batik telah banyak mendapat sentuhan lebih modern, elegan, dan terlihat mewah, seperti model long dress, dan sebagainya.

Semua kalangan sudah mengenakan batik. Termasuk para artis dan tokoh dunia. Batik menjadi peluang bisnis menguntungkan, bahkan untuk skala rumahan atau UMKM sekalipun.

Jualan baju batik di rumah mampu meraup omzet jutaan rupiah, seiring meningkatnya permintaan. Berikut tips memulai bisnis batik, seperti dikutip dari Cermati.com.

1. Menentukan asal batik

Batik tidak hanya berasal dari Yogyakarta atau Pekalongan, tetapi juga Solo, Cirebon, dan lainnya. Masing-masing daerah memiliki motif atau corak batik yang berbeda sebagai ciri khasnya. Jadi penting untuk menentukan batik jenis apa yang hendak dijual.

Jika dari Solo, maka jual corak batik Solo saja. Begitupula dengan asal batik lainnya. Jika memang ingin menjual batik dari berbagai daerah, tidak masalah selagi kamu dapat menjelaskan asal usul batik kepada konsumen.

2. Tentukan target konsumen

Selanjutnya adalah menentukan target konsumen. Kamu ingin menjual batik untuk siapa, apakah kepada anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, mahasiswa, karyawan, PNS, atau pejabat?

Beda konsumen yang dibidik, berbeda pula selera batiknya. Perbedaan ini akan memengaruhi harga batik. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas memilih batik tulis yang harganya mulai dari ratusan ribu rupiah.

Sementara untuk kalangan menengah ke bawah, lebih cenderung menginginkan batik harga murah. Biasanya batik printing yang dibanderol mulai dari belasan ribu rupiah saja.

Sebaiknya tentukan target konsumen terlebih dahulu, agar konsumen tidak merasa batik yang kamu jual kemahalan. Dan bisnis batik kamu selalu ramai pembeli.

3. Cari pemasok batik

Berhubung karena tidak produksi batik sendiri, kamu perlu mencari pemasok batik yang terpercaya. Pemasok yang sudah lama berbisnis batik, punya toko, bahkan konveksi atau pabrik batik.

Pemasok ini bisa merupakan relasi kamu, rekanan teman atau keluarga yang memang sudah dikenal amanah dan selalu menjaga kualitas barang.

Oleh karena itu, dalam proses pencarian supplier ini, kamu bisa bertanya kepada teman atau keluarga. Jika tidak punya kenalan atau relasi supplier, kamu dapat mencari informasi di internet, seperti media sosial, e-commerce, atau Google.

Bandingkan satu pemasok dengan yang lain. Cek ulasan atau komentar, serta bintang yang diperoleh. Apabila banyak komentar positif, maka kamu bisa langsung DM untuk pembelian batik.

Namun sebaliknya bila dipenuhi ulasan negatif dengan rating produk rendah, sebaiknya kamu pertimbangkan lagi untuk membeli dari pemasok tersebut meski harga batik yang ditawarkan murah.

4. Corak yang bervariasi

Batik menawarkan corak beragam. Ada corak mega mendung, parang, tujuh rupa, dan masih banyak lagi. Sebaiknya jual batik dengan corak yang bervariasi agar konsumen dapat memilih sesuai selera.

Menjual batik dengan satu corak atau yang itu-itu saja membuat konsumen bosan. Tidak ada daya tarik untuk pembeli.

Pastikan pula corak dan model selalu kekinian. Komunikasikan hal ini dengan pemasok batik agar setiap kali ada motif baru, mereka dapat langsung memberitahumu.

5. Nama bisnis atau toko yang mudah diingat

Buat nama toko batik sebagai identitas usaha yang akan memudahkan konsumen mengingat tempat membelinya. Kalau misalnya ada orang lain yang tanya, konsumen bisa menjawab. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan omzet penjualan.

Pilih nama yang sesuai dan mudah diingat. Bisa itu memakai nama pribadi, atau keluarga. Diskusikan hal ini kepada keluarga atau kerabat karena pemilihan nama konon katanya dapat memengaruhi tingkat kesuksesan berbisnis.

6. Jualan online dan offline

Zaman now, pemasaran telah beralih dari offline ke online. Jualan online di media sosial, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, sampai Youtube.

Jualan online di situs belanja online atau e-commerce juga dapat meningkatkan omzet penjualan dengan cepat karena pangsa pasarnya lebih luas. Namun bukan berarti bisnis offline jadi mati.

Kalau mau jualan online dan offline. Tak perlu sewa toko. Berdagang batik saja di rumah, tawarkan kepada tetangga sekitar. Dari situ, akan terjadi promosi dari mulut ke mulut dan akhirnya ramai pembeli.

Baca Juga: 4 Tips Mengelola Modal Bisnis Agar Bebas Risiko Bangkrut

7. Tawarkan paket usaha untuk reseller

Tawarkan paket usaha bagi yang ingin menjadi reseller dari batik kamu. Misalnya 10 potong batik untuk harga Rp 30 ribu.

Atau 100 baju batik seharga Rp 3 juta. Nanti, reseller tersebut akan menjual ke konsumen dengan harga mereka. Mungkin dari Rp 30 ribu menjadi Rp 50 ribu, sehingga yang Rp 20 ribu menjadi keuntungan reseller.

Jadi, biarpun kamu statusnya juga reseller batik, tetapi membuka kesempatan bagi orang lain yang memiliki jiwa wirausaha untuk mendapatkan keuntungan seperti kamu.

8. Membuat pembukuan

Walaupun kategori usaha rumahan, pembukuan sangat penting. Pembukuan diperlukan untuk melihat arus kas uang yang masuk dan keluar setiap hari. Berapa batik yang sudah terjual, berapa banyak batik yang datang lagi dari pemasok.

Buat pembukuan yang rapi, sederhana, dan mudah dimengerti karena kamu pasti sering membukanya.

9. Rutin melakukan evaluasi

Dengan pembukuan, kamu dapat melakukan evaluasi. Evaluasi bisnis juga sama vitalnya agar bisa mencari solusi, perbaikan, dan strategi lain yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis batik.

Jika omzet penjualan tiba-tiba menurun, misalnya, kamu akan mencari tahu letak kesalahannya. Kemudian mencari strategi jitu untuk meningkatkan kembali penjualan dan omzet.

Siapkan Modal yang Cukup

Sebelum memulai suatu usaha, sebaiknya siapkan modal yang cukup. Akan lebih baik lagi kalau menyediakan modal cadangan juga sebagai jaga-jaga.

Jika sewaktu-waktu bisnis berkembang sangat pesat, kamu dapat menyuntikkan modal tambahan untuk menyokong perkembangan ini. Pun ketika bisnis tidak berjalan sesuai harapan, dapat dijadikan penyambung ‘hidup’ agar bisnis tetap bertahan.

 

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com