KOMPAS.com - Bisnis apapun jika dilakukan dengan sepenuh hati dan sesuai passion, pasti hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Tak jarang, sebuah hobi yang awalnya hanya coba-coba, justru bisa mendatangkan cuan yang tak kecil ketika dikerjakan dengan serius.
Hal itu pula yang dialami oleh Sri Wahyuni (45) selaku owner Uniq Rajut Dan Fashion yang tinggal di Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebagaimana nama brand yang dimiliki, Sri Wahyuni memproduksi kerajinan rajut yang diproses secara tradisional.
Sri Wahyuni tak sekedar merajut. Dia memanfaatkan bahan baku lokal berupa benang yang dipintal secara tradisional dengan memanfaatkan kapas yang tumbuh dari tanah Pulau Lombok.
Baca juga: 4 Tips Membangun Branding yang Bisa Bikin Produk Jualan jadi Terkenal
"Prinsip kami, berusaha memulai usaha dari hal yang kecil untuk kemudian dapat dikembangkan menjadi usaha yang besar," kata Sri Wahyuni, Rabu (22/6/2022).
Penggunaan bahan baku lokal dan pembuatan secara tradisional, ternyata membuat produk-produk rajutan Sri Wahyuni punya daya tarik yang tinggi. Tak hanya diminati oleh wisatawan lokal, pembeli dari luar negeri juga banyak yang berminat membeli kerajinan rajutnya.
Keberhasilan Sri Wahyuni memproduksi dan memasarkan kerajinan rajutan yang berkwalitas tidak lepas dari perjalanan panjang yang dia lalui.
Sri Wahyuni kesehariannya adalah ibu rumah tangga. Di sela-sela kesibukannya mengurus keluarga, dia rajin membuat tas rajut untuk di pakai sendiri dan keluarga sendiri. Ini dilakukan karena Yuni memang memiliki hobi merajut.
Lama-kelamaan, tas rajutan yang dibuat Yuni menarik perhatian teman-temannya. Model yang unik dan handmade membuat tas tersebut beda dari yang lain.
"Teman-teman mulai tertarik untuk di buatkan produk yang sama. Karena melihat adanya peluang di bisnis tersebut, maka saya mulai menjadikannya usaha," tutur Yuni.
Usaha rajutan yang dijalankan Yuni merupakan usaha yang dijalankan sendiri. Mulai dari menyiapkan bahan baku, membuat model untuk produk-produk ready stock, merajut sampai memasang furing dilakukannya sendiri.
Baca juga: Bulu Mata asal Purworejo Bisa Ekspor ke 20 Negara, Ini Tips Suksesnya
Yuni menuturkan bahwa bisnisnya berkembang lantaran pesanan teman-temannya. Namun seiring dengan itu, dia mulai berpikir untuk bisa membesarkan usahanya yang telah dirintis mulai 2014 tersebut.
Untuk itu, dia berinisiatif memanfaatkan sejumlah platform media sosial seperti Facebook, Instagram, serta Whatsapp untuk menjangkau pelanggan yang lebih jauh.
Dengan menggunakan platform medsos tersebut, Yuni yang tadinya hanya bisa menjangkau sekitar tempat tinggal, kemudian meluas sampai ke luar daerah antara lain Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, hingga NTT.
Tak hanya itu, produk-produknya juga banyak dipesan konsumen dari luar negeri.
"Dengan semakin berkembangnya usaha kami, sekarang kami memiliki dua orang karyawan yang membantu kami dalam mengerjakan pesanan-pesanan," jelas dia.
Dalam perjalanannya, Yuni mulai melakukan inovasi, yakni mengembangkan usaha produk-produk turunan rajut dengan merambah ke fesyen.
"Awalnya kami membuat jilbab ready to wear dan kemudian berkembang dengan membuat jilbab berdasar pesanan," jelas dia.
Tak hanya jilbab, Yuni juga menggarap pakaian ready to wear dan membuka jasa menjahit. Bahkan lebih jauh lagi, produk-produk Yuni juga ikut dipamerkan dalam berbagai event fashion show.
Hingga pada penghujung 2021, Yuni mengikuti sebuah lomba yang di adakan oleh Dekranasda NTB. Dalam kegiatan tersebut dia membuat sebuah produk tas yang terbuat dari bahan pollyester dan menambahkan unsur tenun NTB di dalamnya.
"Saat itu saya menggunakan Tenun Gumise yang berasal dari Desa Giri Tembesi Kecamatan Gerung, Lombok Barat.
Kemudian saat penjurian, dia berkenalan dengan Lalu Hilman Afriandi, pegiat, pemerhati dan pengusaha songket NTB. Songket-songket yang dibuat Hilman menggunakan bahan dari kapas Lombok yang di warnai dengan bahan pewarna alam.
Semenjak itu, Yuni mulai belajar menggunakan bahan-bahan alami untuk produk-produk yang dibuatnya.
Tak lupa pula, Yuni juga mengikuti pelatihan lain untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Salah satunya adalah pelatihan membuat konten media sosial yang diselenggarakan Kompas.com bersama dengan Kemenkop UKM.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku alami, Yuni mulai melebarkan jejaring. Salah satunya dengan bermitra dengan seorang pemintal benang tradisional di Lombok Tengah yang bernama Inak Kecoh. Selain pemintal benang, Inak Kecoh juga menjadi salah satu petani kapas.
Semenjak itu, Yuni mulai meninggalkan benang polyester dan beralih ke bahan baku alami untuk beberapa jenis produk.
Baca juga: Ikan Gegaring, Bahan Baku Produk UMKM asal Samarkilang Aceh yang Bernilai Jual
"Saya juga ingin memperkenalkan kepada masyarakat luas, bahwa produk rajutan tertentu bisa di buat dengan benang kapas alami.
Menurut Yuni, benang yang terbuat dari kapas, bisa dibuat menjadi sebuah produk rajutan dengan ciri khas tersendiri.
"Karena teksturnya yang berbeda dari benang pabrikan atau polyester, benang kapas Lombok saat ini terbatas di buat untuk beberapa jenis produk saja," kata dia.
Beberapa produk yang bisa buat dari benang kapas Lombok antara lain seperti syal, topi, pakaian dan sandal rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.