Tak hanya itu. Tanah yang ditempati Nimas dan suami adalah sungai alam. Setiap hari dipastikan lahan tersebut digenangi air. Akibatnya, pasangan ini tak bisa memanfaatkan secara optimal lahan yang ditempati.
"Jadi dalam sehari dua kali air pasang. Sekali pasang itu 5 jam. Jadi, tanaman akan terendam dalam kurang waktu 5-7 jam dalam sekali pasang," kata Nimas.
Dia lantas berpikir dan mencari ide untuk mengubah kondisinya serta masyarakat di sekitarnya. Nimas juga sadar bahwa tak mungkin menggantungkan hidup dari bertani di lahan yang setiap hari tergenang air.
"Saya putuskan pergi ke kota, mempelajari segala hal tentang UMKM, tentang berdagang, tentang berbisnis," kata Nimas.
Belajar bisnis dilakukan Nimas karena dia melihat ada banyak bahan baku di lokasi transmigran, tapi tidak bisa mengolah menjadi sesuatu yang punya nilai tambah.
Hatinya tambah miris tatkala mendengar cerita dari para tetangga mengenai harga sayur yang murah. Sementara, tidak ada pilihan lain dari para transmigran kecuali bertani.
"Seandainya saya bisa membantu mereka. Seandainya mereka menjadi UKM, mungkin mereka tidak akan bekerja seberat itu," kata Nimas.
Baca juga: Gunakan Kapas Asli Lombok, Kerajinan Rajut Buatan Sri Wahyuni Laris di Pasaran
Setelah beberapa lama di kota, Nimas kembali ke desa transmigrasi, dia mulai berkomunikasi lebih intensif dengan para tetangga untuk mendiskusikan cara mengolah hasil bumi menjadi olahan yang lebih bernilai.
Dari mereka yang diajak diskusi, ada yang menerima ajakan Nimas. Namun tidak sedikit yang menolak.
Nimas tak patah arang. Dia terus bergerak dengan segala keterbatasan. Meski di desanya tak adanya aliran listrik serta akses jalan yang memprihatinkan, dia tetap berusaha merealisasikan idenya untuk memperbaiki kondisi warga transmigran.
Perlahan tapi pasti, Nimas merealisasikan rencana-rencana yang disusunnya. Dia merintis untuk membuat serbuk minuman yang berbahan baku empon-empon seperti jahe, kunyit, kencur, dan sebagainya
Sejauh ini ada delapan produk yang berhasil diproduksi dan dipasarkan oleh Nimas, yakni serbuk jahe merah, jahe merah original dengan gula, serbuk jahe merah tanpa gula.
Lainnya adalah jaheku (jahe merah dan kurma ajwa), jaseku (jahe merah, sereh, kunyit), jasekas (jahe merah, sereh, kayu manis), jaheNdan (jahe merah, kurma ajwa, dan pandan), serta saraba (jahe merah, kayu manis, dan telur bebek).
Tak hanya minuman serbuk jahe, Nimas juga memproduksi sale pisang crispy untuk dijual ke konsumen.
"Saya juga melayani pesanan aneka serbuk herbal sesuai permintaan," jelas dia.