KOMPAS.com - Pelaku usaha saat ini dibuat pusing dengan kenaikan harga bahan baku, seperti harga energi, bahan pangan, komoditas, dan sebagainya. Kalau sudah begini, konsumen pun ikut teriak karena kesulitan memenuhi kebutuhannya.
Sebagai pelaku usaha jangan cepat putus asa. Langsung mengatrol harga jual, yang sebenarnya masih bisa diakali dengan cara lain. Cara yang tidak membuat konsumen atau pelanggan kabur, namun juga bisnis tetap berjalan dan tak gulung tikar.
Berikut strategi yang bisa dilakukan pengusaha ketika harga bahan baku naik, seperti dikutip dari Cermati.com.
Langkah pertama adalah dengan mencari pemasok atau supplier bahan baku lain. Tentunya yang mampu memberikan harga lebih murah ketimbang supplier biasanya. Misalnya kamu usaha warteg, berarti cari pedagang sayur mayur, ikan, daging, ayam, serta bumbu dapur yang menawarkan harga miring, sehingga dapat menekan biaya produksi.
Pastikan pemasok baru ini terpercaya, amanah, dan menjual bahan baku berkualitas. Jadi, kamu tetap bisa menjual makanan enak dari bahan baku yang segar, tetapi dengan harga yang sama dengan sebelumnya.
Cara lain untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku, yaitu dengan mengganti bahan baku sebelumnya dengan barang yang sama atau tidak jauh beda, namun harga lebih bersahabat. Ini yang dinamakan efisiensi atau melakukan penghematan.
Sebagai contoh, tadinya menggunakan gula pasir bermerek seharga Rp 15.000 per kilogram (kg). Kamu bisa menggantinya dengan gula pasir curah yang harganya Rp 13.000 per kg. Atau minyak goreng kemasan bermerek Rp 24.000 per kg, menjadi minyak goreng curah Rp 14.000 per Kg.
Fungsinya tetap sama untuk memberi rasa manis dan menggoreng. Yang membedakan hanya merek saja. Jika dalam sehari jualan gorengan misal, kamu biasa menggunakan empat kilo minyak goreng, dengan minyak goreng polos kamu bisa menghemat Rp 40.000.
Selain kedua strategi di atas, kamu juga dapat menggunakan cara memperkecil ukuran produk. Umumnya, perkecil ukuran menjadi strategi yang dipilih pelaku usaha dibanding menaikkan harga jual. Konsumen pun tidak terlalu memperhatikan hal ini, ketimbang harga jual naik karena pastinya keuangan mereka bakal lebih terdampak.
Misalnya jualan gorengan. Bakwan, tahu, pisang, dan aneka gorengan lain dipotong lebih kecil ukurannya. Atau buka warung nasi, yang sebelumnya Rp 10.000 bisa dapat dua macam lauk porsi agak banyak, kini lebih sedikit karena dikurangi jumlahnya.
Baca Juga: Penjual Cerdas, Begini Cara Tentukan Harga Jual Produk di E-Commerce Biar Untung
Setiap pengusaha pasti ingin meraup banyak keuntungan. Namun harus dilihat juga situasi dan kondisi di lapangan. Ketika daya beli masyarakat turun akibat kompaknya kenaikan harga di pasar, sebaiknya kamu dapat mengurangi keuntungan.
Hal ini akan membuat jualan lebih lancar ketimbang untung besar, tetapi penjualan seret karena tidak mampu menjual lebih banyak produk. Misalnya kamu menjual produk sebelumnya seharga Rp 20.000 per produk dengan keuntungan Rp 5.000.
Karena harga bahan baku meroket, daripada menaikkan harga jual produk karena ingin keuntungan sama besar, lebih baik mempertahankan harga awal meski keuntungan menyusut menjadi Rp 3.000.
Kenaikan harga bahan baku menjadi masalah baru setelah pandemi Covid-19. Saatnya bagi pelaku usaha untuk kembali menggenjot penjualan dengan berbagai cara, termasuk memanfaatkan teknologi.
Penjualan secara online kini semakin diminati. Selain gratis, penjualan online sangat ampuh untuk mendorong awareness bisnis, serta meningkatkan omzet. Oleh sebab itu, kamu harus memaksimalkan penjualan online melalui media sosial maupun jualan via e-commerce.