KOMPAS.com - Masyarakat semakin menyadari pentingnya menggunakan bahan-bahan alami untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Di perkotaan, gaya hidup back to nature telah memunculkan berbagai permintaan baru, salah satunya di bidang fesyen.
Adapun permintaan yang itu adalah penggunaan bahan alami untuk pewarnaan alami nadan dapat menghasilkan motif yang unik dan otentik di berbagai produk fesyen.
Metode ini lazim disebut dengan ecoprint, yakni proses pewarnaan dan pembuatan motif melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tubuh lain yang mengandung pigmen warna dengan media kain maupun bahan-bahan tertentu.
Baca juga: Kisah Serra Esterlin, Lestarikan Seni Lukis Khombow Khas Sentani hingga Tuai Omzet Puluhan Juta
Di Sumatera Utara khususnya di Medan, tren ini mulai muncul seiring dengan banyaknya masyarakat yang ingin mengenakan produk fesyen yang menggunakan bahan pewarnaan alami.
Hal ini pula yang coba dimanfaatkan oleh Amanda Salsabilla Ramadhani (23), melalui usaha ecoprint dengan brand Lembah Hijau Collection (LH Collection) yang berada di Medan Sumatera Utara.
"Tak hanya untuk baju, namun ecoprint juga banyak digunakan untuk mewarnai sepatu, gamis, sajadah. Peminat sudah mulai banyak," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (23/7/2022).
Amanda memang memiliki passion di bidang fesyen. Sebelumnya, dia merupakan lulusan salah satu SMK di Medan dengan mengambil jurusan Tata Busana. Dalam perjalanannya, dia terus memperdalam skill-nya di bidan desain fesyen.
Amanda memilih untuk menjalankan bisnis fesyen yang dipadukan dengan ecoprint lantaran permintaan terhadap penggunaan pewarna alami mulai membesar di pasar.
Tak hanya itu, bisnis ecoprint ini dijalankan karena dia melihat ada banyak bahan yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pewarnaan alami. Bahan-bahan tersebut seringkali dibiarkan begitu saja dan kurang dimanfaatkan sehingga tidak punya nilai ekonomi.
Sebagai metode pewarnaan dengan menggunakan bahan-bahan yang alami, ecoprint memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Mulai dari bunga, daun, serta bahan-bahan organik lainnya.
Amanda menceritakan, bahwa untuk memenuhi bahan baku, dia juga memanfaatkan sisa-sisa bahan makanan seperti halnya ampas teh. Bahan tersebut diolah hingga menghasilkan pewarna alami.
Tak disangka, konsumen tertarik dengan produk-produk yang diwarnai dengan menggunakan bahan alami. Ini karena tidak banyak produk yang memiliki corak unik dan menggunakan pewarnaan alami.
Sejumlah pelanggan menyukai motif ecoprint yang diaplikasikan pada kain katun, kanvas , kulit atau kertas, hingga sepatu kanvas karena motif yang dihasilkan cukup eksklusif dan tidak berupa motif yang massal atau dipakai oleh banyak orang.
"Karena itu pula, ada pelanggan yang kemudian memesan baju dengan ecoprint kepada kami untuk baju seragam keluarga besarnya," jelas Amanda.