"Mulai dari perawatannya, juga ada garansi yang berlaku sampai satu tahun. Jadi mirip dengan treatment showroom mobil gitu ya, di mana mobilnya bisa terus termaintain," tutur Joe.
Produksi footwear Txture yang tidak dapat dilakukan sembarangan sehingga inilah yang menjadi tantangan untuk mereka di awal perintisannya.
"Tantangan di awal itu lebih ke artisannya sih, jadi bagaimana kita mengedukasi agar apa yang kita inginkan, visi misi perusahaan bisa sampai dari mulai dari teknik produksinya sampai presentasi produknya," kata Joe.
Pada awalnya, Txture juga memiliki tantangan lain untuk mengedukasi market mereka. Apalagi, dengan teknik handmade yang tidak sembarangan, produk sepatu Txture sudah dijual dengan harga berkisar dari Rp1,2-Rp1,8 juta pada tahun 2009.
"Di tahun 2009, brand lokal itu belum terlalu banyak, jadi edukasi market tentang mengapa harganya mahal cukup berdarah-darah di awalnya," ungkap Joe.
Hanya saja, seiring berjalan waktu, Txture semakin dapat menjelaskan dan membuktikan alasan mereka mematok harga yang cukup tinggi dari sisi teknik produksi hingga material kulit yang digunakan.
"Pada akhirnya mulai bisa diterima di masyarakat," tambah Joe.
Saat ini, Produk Txture sudah dipasarkan ke 34 negara, termasuk Rusia, Jerman, Amerika Serikat, hingga Kanada. Jika bicara pemasarannya di dalam negeri, Joe mengakui sudah memasarkan produknya hingga ke banyak daerah di seluruh Indonesia.
"Hampir seluruh Indonesia sih," ujar Joe.
Sebagai sebuah usaha, Txture bisa menjadi salah satu contoh brand lokal yang maju dan menjadi unggulan di bidangnya.
Selain pemasaran yang sudah luas, Txture juga sudah mendapatkan beberapa prestasi. Salah satunya menjadi pemenang peringkat ke-3 program Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2022 pada September kemarin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.