BORONG, KOMPAS.com - Marsianus Rimun yang besar di dunia pemandu wisata punya insting bisnis yang kuat. Ia sadar adanya peluang usaha untuk membuka restoran untuk wisatawan mancanegara di Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Kini, warga Reweng, Tengkulawar, Kecamatan Lamba Leda, Manggarai Timur akhirnya menekuni usaha restoran itu.
Marsianus menjelaskan ia dan rekan-rekan sesama pemandu wisata di Kota Labuan Bajo, Ibukota Kabupaten Manggarai Barat mendirikan sebuah wadah Persatuan Keluarga di Labuan Bajo bernama "RENCENG CA" pada tahun 2018.
Persatuan itu terdiri dari semua para pelaku pariwisata yang berasal dari Lamba Leda Raya dan Elar Raya yang bekerja di Kota Labuan Bajo sebagai pemandu wisata.
Seiring dengan persatuan ini semakin maju dan berkembang, muncullah beberapa ide dari rekan-rekan dari persekutuan agar ia kembali ke Kota Borong. Mereka bermaksud untuk membangun usaha Kuliner yang hanya untuk melayani para wisatawan yang melakukan perjalanan di Flores.
Baca juga: Andri Tulle Angkat Pamor Kopi Flores lewat Brand Kopito Borong
Kota Borong letaknya diantara Bajawa - Ruteng pun sebaliknya. Wisatawan pasti membutuhkan toilet, makan dan minum. Mengapa rekan-rekannya dalam persatuan meminta Marianus yang membuka kuliner?
Dasarnya, lanjut Marsi, biasa disapa, karena mereka tahu bahwa ia pernah mengelola sebuah restoran yang di Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Nama restorannya, yaitu, Sape Cafe pada tahun 1994-1997.
Kemudian, ketika wisatawan masuk di Kota Borong untuk makan siang, selalu ada keluhan dari wisatawan kepada pemandu atau kepada travel agent yang mengatur perjalanan mereka. Para wisatawan mengeluh lantaran belum ada rumah makan yang standar untuk orang-orang barat.
Marsi pun tergugah untuk menerima tawaran membuka restoran dari rekan-rekan pelaku pariwisata di Kota Labuan Bajo.
Marsi menjelaskan, pelaku dan pemandu serta agen travel di Kota Labuan mengetahui peluang menggeluti Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Borong yang membawa keberuntungan dan keuntungan ekonomi.
Dari segi rute perjalanan wisata dari Labuan Bajo-Ruteng tembus Bajawa, wisatawan pasti istirahat sejenak untuk makan, toilet serta tempat minum kopi yang sesuai standar wisatawan mancanegara dan nusantara.
"Bagi saya saran dari rekan-rekan pelaku wisata, pemandu wisata dan agen travel sebuah tantangan serta peluang bagus dengan membangun jejaring. Saya tahu bahwa mereka pasti memandu tamu yang berwisata overland dari Labuan Bajo-Maumere. Dan mereka pasti merekomendasikan tamu untuk makan, minum di Kota Borong," jelas Marsi.
Marsi menjelaskan, ia didukung oleh istrinya yang suka memasak maka ia meminta istrinya untuk berhenti menjadi guru Tenaga Harian Lepas (THL) di SDK Bugis. Ia membutuhkan waktu yang cocok untuk menyakinkan istrinya membuka usaha restoran di Kota Borong.
Ia juga membujuk istrinya agar berhenti untuk mengajar, tetapi istrinya belum yakin dengan bujukannya. Istrinya tetap memilih mengajar sebagai tenaga harian lepas (THL). Namun, ia tak hilang ide atau cara untuk membujuk dan menyakinkan istrinya.
Baca juga: Melkianus Lubalu, dari Kernet Truk hingga Jadi Pengusaha Sukses di NTT
Marsi mengisahkan, saat itu ia masih aktif menjadi pemandu wisata. Sekitar awal 2018 itu, Marsi melakukan overland tour di Flores selama 10 hari, dan hari kelima tamu-tamunya harus makan siang di Borong. Posisi Marsi dan para kliennya waktu itu masih di Kota Bajawa.
"Saya menelepon istri saya bahwa besok tamu saya makan siang di rumah, jumlah tamu saya ada 16 orang, tolong siapkan makan dirumah. Lalu, saya mengirimkan dia jenis-jenis makanan yang dipesan oleh tamu-tamu tersebut," kata Marsi.
"Alhasil. Semua jenis makanan yang sudah di pesan ternyata di lidah orang barat sangat enak dan mereka berkata: "The food very delicious", kemudian tamu membayar makanan yang sudah mereka sudah makan dan tamu-tamu tersebut memberikan tipping (persenan) kepada istri saya diluar harga makanan. Dari situ, istri saya mengundurkan diri dari guru dan menekuni usaha yang ada sekarang," lanjut Marsi.
Marsi menjelaskan, menu di restorannya tidak baku dan tergantung ketersediaan di pasar lokal. Oleh karena itu, tak ada papan menu khusus untuk menulis menu yang tersedia untuk hari ini. Di restoran ini juga disediakan WIFI gratis.
"Lauk pauk dan sayur mayur di restoran dibeli di pasar lokal sesuai yang dipesan tamu. Biasanya, turis memesan menu ikan segar sehingga ia biasa beli di pasar. Turis tidak suka ikan yang sudah taruh di kulkas," lanjut Marsi.
Marsi menjelaskan, dirinya sudah menetap di Kota Borong sejak 2009. Namun, ia lebih banyak di Kota Labuan Bajo untuk memandu wisatawan mancanegara dan nusantara di Pulau Flores.
Marsi, sejak 1999 bekerja sebagai pemandu wisata di Kota Labuan Bajo dan Flores. Ia masih anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Manggarai Barat dengan menguasai bahasa Indonesia, Inggris, Jerman dan Belanda.
Baca juga: Ciptakan Lapangan Kerja, 22 Pemuda NTT Ikut Pelatihan dan Sertifikasi Barista
Marsi memberi nama tempat usahanya yakni Restoran Chembos. Nama ini memiliki filosofi orang Manggarai Timur.
"Karena lidah orang orang barat ketika Cembos, mereka akan membacanya, kembos. Oleh karena itu, kata itu ia sisipkan huruf "h" di antara "c dan e" sehingga orang barat bisa mengucapkan Cembos (ucapan indonesia)," kata Marsi.
Arti kata Chembos, menurut versi orang Lamba Leda di Manggarai Timur bisa diartikan, embun, dingin, sejuk, segar. Namun, Marsi punya penjelasan soal Chembos.
"Jadi nama Chembos itu dimaknai sesuatu yang terasa dingin di tenggorokan ketika kita minum minuman yang dingin atau sejenis lainya. Jadi sasarannya adalah tenggorokan dan bisa juga lidah sebagai perasa selain usaha restoran, saya masih aktif meng-handle tamu yang berwisata di Pulau Flores," jelas Marsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.