Melalui apa yang dijalankan Dito, Lies meyakini anak penyandang disabilitas, utamanya autisme bisa melakukan sesuatu untuk sesama, termasuk diri mereka sendiri.
"Semoga ke depannya mereka tidak akan menjadi beban untuk masyarakat dan negara, tapi mereka bisa berproduksi juga. Makanya saya senang sekali diundang oleh KemenkopUKM karena ternyata Dito dan karyanya juga bisa masuk ke ranah yang bisa menjadi masa depannya dia," tambah Lies.
Sampai saat ini, Lies juga sedikit menceritakan proses pembuatan produk kriya Dito tentu mengalami beberapa hambatan. Seorang anak yang mengidap autisme perlu banyak diberikan pengertian dan konsen untuk menjalankan sesuatu, termasuk hobi dan passionnya.
Lies beserta terapis yang selalu mendampingi akan mengikuti keinginan dan mood Dito dalam membuat produk atau karya baru tanpa paksaan.
Saat ditanyakan perihal apa yang perlu diketahui dan dipersiapkan oleh orangtua lain dengan cerita yang sama, Lies menyampaikan bahwa setiap anak adalah amanah dan berkat yang perlu terus didampingi.
"Bahwa setiap anak itu adalah amanah yang diberikan oleh Tuhan dan Tuhan tidak pernah salah dalam memberikan karunianya. Jadi, jangan pernah lelah dan menyerah karena suatu hari pasti kita menemukan suatu berkat yang diberikan melalui anak-anak kita," pungkas Lies.
Setiap anak punya kesempatan yang sama, termasuk bagi mereka yang merupakan penyandang disabilitas. Mereka bisa ikut berkarya, memproduksi sesuatu, bahkan memiliki usahanya sendiri jika didampingi dan didukung dengan cara yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.