MALANG, KOMPAS.com - Jamur tiram belakangan menjadi salah satu komoditas yang banyak diperdagangkan di pasaran. Bahkan, jamur ini sudah jadi bagian konsumsi masyarakat sehari-hari, bersanding dengan sayuran hijau.
Hal ini pula yang membuat jamur tiram banyak dibudidayakan. Ini karena berbisnis jamur tersebut menjanjikan untung yang lumayan.
Salah satu pelaku usaha yang menekuni budi daya jamur merang adalah Arif Sugandi, warga Desa Putatlor, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Dari hasil budi daya itu, ia mampu meraup untung yang lumayan.
Baca juga: 4 Cara Kelola Modal Usaha agar Tidak Bangkrut
Arif mengatakan, dari budidayanya itu, ia mampu mendapatkan keuntungan minim Rp 300.000-Rp 500.000 per hari.
Hal itu, didapatkan dari panen 100 bag log perhari, dari total keseluruhan 8.000 bag log yang dimilikinya.
"Jadi panennya setiap hari secara bergantian dari setiap baglog yang kita miliki," ungkapnya saat ditemui, Sabtu (28/1/2023).
Dalam sekali panen, masing-masing bag log bisa menghasilkan jamur tiram 3 ons lebih. Jadi, setiap 100 baglog bisa menghasilkan kurang lebih sebanyak 33 kilogram.
"Pee kilogram harganya sekitar Rp 11.000-Rp 12.000," tuturnya.
Arif menekuni budidaya jamur tiram itu sejak tahun 2010 lalu. Ia mempelajari cara-cara membudidayakan jamur tiram secara otodidak, serta melalui diskusi-diskusi dengan pelaku yang sudah lebih dulu jalan.
"Sembari mempraktikkan sendiri di rumah, saya menemukan pola yang pas dan mengerti cara-cara yang ideal dalam menekuni budidaya jamur tiram ini," tuturnya.
Secara umum, tidak ada kendala yang signifikan dalam membudidayakan jamur tiram. Hanya membutuhkan konsistensi, kesabaran, dan ketelatenan.
"Tidak butuh pupuk seperti pertanian lain. Yang penting cuma memperhatikan besaran suhu dan kelembaban ruangan tempat peletakan baglog jamur tiram itu," ujarnya.
Ia mengatakan, suhu dan kelembaban yang dibutuhkan agar pertumbuhan jamur tiram itu baik, yakni di bawah 18-26 derajat Celsius, dan kelembapan 80 persen.
"Untuk mengkur ini, sudah ada alat khusus untuk mengukurnya, yang bisa dibeli melalui toko-toko online," terangnya.
Oleh karena itu, untuk menjaga suhu dan kelembapan itu, bag log diletakkan pada ruangan tertutup dengan lantai plester dan atap dari asbes.
"Apabila suhu masih kurang dingin, terutama ketika musim kemarau, maka kita harus rutin menyiram bag log-nya," terang Sugandi.
Kemudian, untuk penempatan baglog itu bisa ditata di rak-rak di dalam ruangan tersebut. Rak-rak itu bisa dibuat dari bahan bambu, atau dari besi galvalum.
"Bedanya, kalau rak terbuat dari bambu ini hemat dari sisi modal. Tapi kalau besi galvalum lebih mahal, namun kuat dan tahan lama," jelasnya.
Selain ketelatenan, budidaya jamur tiram juga membutuhkan kelihaian dalam manajemen keuangan, untuk mengatur perputaran uang modal dan penghasilan.
"Kalau tidak dibarengi dengan kepandaian manajemen keuangan ini, maka bisa berpotensi bisnis budidaya jamur tiram ini tidak berkembang," katanya.
Sementara untuk hamanya sendiri, Sugandi mengatakan hama jamur tiram adalah serangga. Lantas, untuk menanggulanginya, ia mensiasati dengan menutup setiap celah lubang ruangan dengan jaring paranet.
Baca juga: Pertagas Ajak Kelompok Petani di Medan Budidayakan Jamur Tiram
"Kalau jaring paranet itu masih bisa masuk. Maka kita harus rajin membersihkan setiap pagi hari," tuturnya.
Sementara ini, budidaya jamur tiram yang ditekuni Sugandi itu masih menjadi penghasilan sampingan. Budidaya jamur tiram itu bisa menjadi penghasilan utama apabila mempunyai paling tidak 15.000 bag log.
"Dengan perhitungan produksi paling tidak 5.000 bag log per hari," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.