"Pada saat pandemi teman-teman tuli membuat masker, seragam universitas dan kantor. Pasca pandemi mereka membuat fesyen batik pria dan wanita untuk kantor maupun batik yang dipakai sehari-hari," kata dia.
Harga fesyen batik hasil kreasi difabel ini cukup bervariatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung model dan bahan yang digunakan. Dalam sebulan, omzet Anindya Batik Difabel ini bisa mencapai belasan juta rupiah.
"Untuk yang premium mulai dari Rp 250.000. Semalam itu ada yang terjual dihargai Rp 600 ribu. Aku rutin ikut pameran, kalau high season bisa rata-rata Rp 2 juta per hari," kata Lisa.
Perjuangan untuk mengikuti pameran di sejumlah tempat terus dilakukan Lisa agar para difabel binaannya terus bisa produksi. Kadang, pameran dengan harga lapak yang mahal harus ia ikuti demi menjual produk buatan difabel ini.
Selain itu, Lisa juga memasarkan produknya melalui platform Instagram @anindya_batik.
"Kadang sewanya mahal sampai Rp 600 ribu per hari. Soalnya kalau saya tidak nyewa, saya tidak bisa jual produk mereka, mereka tidak bisa produksi dan tidak bisa makan. Saya memang memaksakan diri untuk ikut pameran berbayar ataupun tidak," kata Lisa.
Lisa mengaku, mendampingi difabel perlu kesabaran dan ketelatenan. Pasalnya pola komunikasi dengan difabel yang kebanyakan tuna rungu berbeda dengan komunikasi dengan masyarakat biasa.
"Kita harus punya bahasa sendiri yang bisa dipahami oleh mereka. Kalau berbicara harus pakai hati," kata mantan konsultan ini.
Lisa Farida berharap, pemberdayaan difabel yang ia gelut ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Lisa menyebut, pihaknya seringkali membuat pelatihan dengan swadaya sehingga pelatihan kurang maksimal karena kurangnya dana.
"Setidaknya pemerintah bisa membantu untuk bahan baku atau memfasilitasi tempatnya. Karena sampai sekarang rumah produksi kami masih mengontrak. Untuk memberdayakan teman-teman difabel kita masih mengontrak, ditambah lagi saat ini daya beli masyarakat sedang turun, kadang kita jual produk di bawah harga modal," harap Lisa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.