BANDUNG, KOMPAS.com - Merintis bisnis memang tak terbatas gender, seperti yang dilakukan Antoni Auguswanto (41). Meski seorang pria, ia justru sukses membangun bisnis pakaian wanita dan perlengkapan bayi dengan merek Femon Ritch.
Berawal dari runtuhnya bisnis percetakan yang telah ia bangun selama 15 tahun, Antoni banting setir menjadi dropshipper produk perlengkapan bayi.
“Tahun 2016 customer behavior sudah beda. Kita ke restoran enggak lagi dikasih menu tapi disodorin barcode. Teman kasih undangan juga bukan lagi fisik, tapi link undangan elektronik. Bisnis percetakan collapse,” tutur Antoni saat ditemui Kompas.com, Kamis (10/3/2023).
Baca juga: 6 Langkah Memulai Bisnis Pakaian yang Penting Diketahui
“Akhirnya kita coba jadi dropshipper perlengkapan bayi, karena kita berpikir setiap detik kan selalu ada bayi lahir,” sambungnya.
Di antara berbagai perlengkapan bayi, seperti baju tidur, bedong hingga gendongan, permintaan tertinggi rupanya adalah gendongan bayi.
Hal itu membuat Antoni yakin untuk memproduksi sendiri gendongan bayi. Apalagi selama menjadi dropshipper, ia tak pernah tahu kualitas produknya seperti apa. Selain itu, karena permintaan terus meningkat, ia tak bisa lagi hanya mengandalkan produk dari supplier.
“Saat itu belum banyak juga yang produksi gendongan, jadi kita fokuskan di situ,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, ia sadar bahwa bisnisnya harus terus berkembang. Maka, sejak pertengahan tahun lalu ia mulai mengembangkan varian produknya, dengan memproduksi berbagai model pakaian wanita, mulai dari baju ibu menyusui hingga baju sehari-hari yang bisa dipakai siapa saja.
“Baju yang diproduksi memang ada yang busui friendly, hijab friendly atau wudhu friendly, tapi merek kami tidak mengkhususkan diri di pasar itu. Jadi, yang bukan busui atau tidak berhijab juga bisa pakai,” terang Antoni.
Antusias pelanggan terhadap produk pakaian wanita tersebut sangat tinggi. Bahkan banyak pembeli yang repeat order.
Menurut Antoni, hal itu karena selain belanja gendongan untuk bayinya, para ibu jadi punya kesempatan membeli baju secara bersamaan.
Baca juga: 4 Cara Membangun Bisnis Pakaian Tanpa Modal
Diakui pria asal Bandung ini, di masa sekarang memiliki toko offline bukan sebuah keharusan. Ia mengatakan, berjualan secara online di sosial media dan market place lebih efektif dan efisien.
“Peran e-commerce menurut saya sangat besar, makanya saya bertahan sampai 7 tahun ini tanpa buka offline store. Jangkauannya sangat luas dan punya berbagai fitur yang bisa dimanfaatkan,” ujar Antoni.
Salah satu fitur di sosial media dan market place yang bisa dimaksimalkan manfaatnya adalah fitur Live.
Baca juga: 5 Tips agar UMKM Sukses Bisnis di Bidang Fashion Pakaian
Dengan melakukan live secara rutin, akan membantu pelanggan melihat lebih jelas produk yang ditawarkan, mulai dari ukuran hingga tekstur bahan.
“Kami melakukan Live setiap hari, bisa per dua jam sekali. Saat Live kan host akan menunjukkan bahannya seperti apa, jadi what you see is what you get,” ungkapnya.
Tak heran jika dalam sehari, Femon Ritch bisa menjual hingga 500 produk.
Menariknya, selain berjualan secara online, Antoni juga rutin membuat event offline setiap tiga bulan sekali untuk para pelanggan setia dan resellernya.
“Tujuannya untuk bonding dan menjalin komunikasi dengan loyal customers. Ekosistem reseller juga enggak sekadar jual barang, tapi ada hubungan baik,” katanya.
Sementara agar bisnisnya tetap bertahan di tengah persaingan, Antoni menyebut kualitas produk, pelayanan, dan disiplin adalah kuncinya.
Baca juga: Bisnis Pakaian Thrifting? Ini Tipsnya agar Dapat Produk Berkualitas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.