"Yang berhasil dibangun yakni communal branding Kopi Madiun, Kopi Wonosalam di Jombang, dan Kopi Bondowoso," kata Khofifah.
Menurut Khofifah, communal branding penting dilakukan untuk bisa memenuhi pasar ekspor dengan menjaga kuantitas dan kontinuitas suatu produk.
"Kadang antara quantity dengan continuity kurang bisa memenuhi. Maka communal branding menjadi bagian penting, selain dari kebutuhan secara quantity dan continuity, ini bisa kita penuhi. Maka quality control-nya bisa dilakukan, jadi nanti yang sekarang sudah di Bumiaji, di Kota Batu," kata Khofifah.
Baca juga: Omzet Naik saat Libur Lebaran, PKL di Alun-alun Kota Batu Girang
Kepala Desa Tulungrejo, Suliono mengatakan, sebenarnya keberadaan lahan tanaman kopi sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Namun, saat ini jumlah lahan kopi yang ada tidak seberapa.
"Dari Belanda di sini sudah ada sentra kebun kopi, tetapi saat ini yang ada hanya ada di pinggiran saja, yang konvensional belum. Yang minat masih pasar lokal, karena enggak ada promosi dan sarpras untuk menanam dengan baik, paling tidak ratusan kilo saat ini sekali panen," kata Suliono.
Untuk pengembangan kedepan, di lahan seluas 500 hektar rencananya akan ditanam tanaman kopi jenis arabica. Lahan yang dipergunakan itu saat ini ditanami sayuran dan buah-buahan.
Pihaknya selaku pemerintah desa akan siap memberikan bantuan peningkatan pengetahuan penanaman kopi kepada para petani.
"Support desa berupa peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) terkait cara pengelolaan kopi, mulai penanaman, pemanenan, proses hasil produksi dan pemasaran," ujar Suliono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya