LEBAK, KOMPAS.com - Perajin difabel di Kabupaten Lebak, Banten mengaku kewalahan melayani permintaan aneka kerajinan bambu sehingga membawa berkah pendapatan ekonomi keluarga. Momen Hari Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi pendorong peningkatan omzet.
"Kita selama sepekan ini bisa menghasilkan omzet Rp2,5 juta dari sebelumnya Rp1,5 juta/bulan," kata perajin disabiltas Yusuf (35) di Rangkasbitung, Rabu seperti dilansir dari Antara.
Meningkatnya pendapatan itu karena banyak konsumen membeli produk aneka kerajinan bambu untuk memeriahkan perlombaan Agustusan untuk memperingati kemerdekaan. Selain itu juga ada konsumen untuk keperluan rumah tangga.
Produksi aneka kerajinan bambu itu di antaranya kotak tisu, tempat aqua gelas, tempat bumbu, tampah, kipas tangan, keranjang, lampion, anyaman parsel, anyaman botol dan kursi.
Harga produksi aneka kerajinan bambu mulai Rp10.000 hingga Rp1,2 juta per set kursi sofa bambu.
"Kami merasa bersyukur dengan memasuki bulan Agustusan itu dipastikan omzet pendapatan meningkat," tambah Yusuf.
Yusuf menjadi disabilitas setelah mengalami kecelakaan pada 2012 lalu hingga membuat bagian kaki kiri tidak normal. Namun semangat untuk hidup mandiri tetap menyala.
Bahkan, produksi aneka kerajinan itu dilakukan secara otodidak tanpa mengikuti pelatihan kerajinan.
"Kami hanya mengikuti kursus khusus untuk kerajinan produksi kursi sopa saja, sedangkan lainnya secara otodidak," kata Yusuf yang hanya tamatan pendidikan SMP.
Baca juga: Kursi Bambu Buatan Perajin di Kabupaten Lebak Banten Makin Diminati Konsumen Lokal
Menurut Yusuf, dirinya merintis aneka kerajinan bambu itu sejak 2016 hingga kini masih bertahan untuk menghidupi isteri dan satu anak.
Begitu juga perajin difabel lainnya Dedi (50). Warga Rangkasbitung itu mengatakan dirinya kini hidup mandiri dengan memproduksi kerajinan aneka lukisan dan kain batik.
Meski sejak lahir kondisi fisik tidak normal, tetapi tak menghalangi untuk berkarya dan bisa menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga.
"Kami sejak sepekan ini banyak permintaan baik kain batik dan karya lukisan untuk menyambut kemerdekaan hingga mendapatkan omzet Rp3,5 juta/sepekan dari sebelumnya Rp2,5 juta/bulan, "kata Dedi.
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan pemerintah daerah hingga kini membina dan membantu pemasaran perajin difabel untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
Perajin difabel di Kabupaten Lebak, lanjut Dedi ada sekitar 300 orang dan mereka menggeluti aneka kerajinan bambu, lukisan, panganan, dompet, sandal, batik dan ukiran.
"Kami mengapresiasi karya produksi difabel memiliki kualitas, sehingga permintaan pasar cukup meningkat untuk memenuhi ekonomi keluarga," ujar Dedi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.