KOMPAS.com - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah perhiasan. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri yang menjadikannya berbeda dengan daerah lainnya.
Tak sekedar model kerajinan yang dihasilkan, kekayaan khazanah budaya nusantara juga menyangkut tata cara pembuatan perhiasan tersebut. Ini karena setiap perhiasan memiliki metode pembuatan yang berbeda dengan perhiasan lainnya.
Namun sayangnya, dari berbagai metode pembuatan yang pernah ada, sebagian di antaranya sudah punah karena tidak ada generasi yang meneruskan. Akibatnya, banyak model perhiasan tradisional yang tidak bisa dibuat lagi karena tidak ada perajin yang menguasai cara pembuatannya.
Baca juga: Susu Ikan Pertama di Indonesia Hadir di Indramayu
Bagi seorang Azis Bachtiar, seorang perajin perhiasan logam tradisional asal Solo Jawa Tengah, kondisi tersebut cukup memprihatinkan. Tidak adanya generasi penerus membuat model-model perhiasan tradisional akan hilang.
Berangkat dari hal itu, Azis memilih untuk menjadi perajin yang fokus untuk melestarikan model-model perhiasan tradisional, berikut metode pembuatannya.
"Saya fokus untuk membuat repro perhiasan tradisional, termasuk cara pembuatannya. Saya memanfaatkan logam sebagai bahan baku perhiasan tersebut," ujarnya membuka perbincangan, Jumat (11/8/2023).
Azis mengungkapkan, ketertarikannya berbisnis perhiasan tradisional tersebut juga berawal dari keluarganya yang menjadi pembuat keris. Ayah mertuanya merupakan empu yang mengerjakan keris yang dipesan oleh banyak orang. Dari situ, dia banyak mempelajari mengenai tata cara mengolah berbagai logam untuk dijadikan perhiasan.
Azis menceritakan, dia memproduksi perhiasan tak sebatas model-model khas Jawa. Meskipun tinggal di Solo, dia juga membuat perhiasan dengan model dari daerah lain, seperti perhiasan masyarakat Batak, dan sebagainya.
Azis sangat memahami karakter perhiasan dari berbagai daerah di Indonesia, karena sebelum melakukan produksi, dia selalu melakukan riset agar perhiasan yang dibuatnya memiliki kemiripan dengan perhiasan asli daerah yang bersangkutan.
"Perhiasan dari Jawa lebih menonjolkan permata karena mendapat pengaruh yang kuat dari model Eropa. Sedangkan perhiasan dari Sumatera, lebih menonjolkan emas karena mendapat pengaruh yang kuat dari India. Sementara untuk perhiasan dari Batak memiliki kekhasan yang berbeda lagi," ungkap Azis.
Untuk membuat produk perhiasan, Azis memilih melakukannya secara hand made dan tidak menggunakan mesin yang memungkinkannya melakukan produksi massal. Alasannya sederhana, produksi secara manual akan membantu melestarikan metode pembuatan perhiasan tersebut secara tradisional.
Untuk mendukung kegiatan produksi, Azis memiliki tim yang secara khusus menguasai metode pembuatannya.
"Saya juga memiliki komunitas yang fokus pada upaya mempelajari pembuatan perhiasan secara tradisional dari berbagai daerah," jelas dia.
Karena kekhasan produknya, perhiasan-perhiasan buatan Azis banyak dipesan oleh desainer. Biasanya, perhiasan tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan fashion show internasional.
"Banyak desainer lokal dan luar negeri yang memesan perhiasan ke saya untuk dibawa di fashion show seperti di Milan, Paris, hingga New York. Saya tidak hafal, sudah berapa banyak yang dipesan untuk fashion show," jelas dia.
Meski menjadi langganan desainer, Azis memilih untuk tetap low profile, menjual produk berdasarkan pesanan. Dia juga belum terpikirkan untuk mengembangkan brand sendiri untuk produk-produk perhiasannya.
"Fokus saya adalah tetap pada cara pembuatannya agar tetap ada yang melestarikan," ujar Azis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.