Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Tanah Abang Keluhkan Penjualan Turun Drastis, MenkopUKM Sebut akibat Kalah Saing

Kompas.com - 20/09/2023, 08:15 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Jakarta, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki melakukan sidak atau inspeksi mendadak dalam rangka meninjau kondisi penjual toko di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2023).

Dalam kunjungannya, banyak penjual yang mengeluhkan penjualannya menurun drastis hingga lebih dari 50 persen.

Menurut Teten, penurunan ini terjadi karena mereka kalah saing dengan pedagang online.

Baca juga: MenKopUKM Sidak Pasar Tanah Abang, Pedagang Tanyakan Kredit Macet

“Saya diskusi dengan PD Pasar Jaya memang ini terjadi penurunan dan kemungkinan pemanen,” kata Teten saat sidak di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2023).

Lebih lanjut Teten menyebut, penurunan ini bisa terjadi karena masifnya penjualan online, termasuk produk impor.

Produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kalah bersaing, karena banyak produk impor yang dijual secara online, dengan harga yang sangat murah.

Untuk pasar grosir dikatakan Teten, tampaknya tidak terlalu terdampak oleh produk tekstil impor.

"Yang terpukul akibat impor tekstil itu ritel. Ini karena, grosir rata-rata pembelinya pedagang di daerah. Kalau barangnya tidak laku dan tidak bisa bersaing, mereka otomatis tidak akan belanja kembali di Tanah Abang,” jelasnya.

Baca juga: 4 Tips Sukses Usaha Kuliner ala Isa Owner Bakso Rusuk Joss

YuliartiNur Wahyu Pratama Yuliarti

Salah satu penjual, Yuliarti (48), pemilik kios Bening Jaya Kebaya yang berada di Blok A Lt.LG LOS C No.60 mengungkapkan, usahanya mengalami penurunan penjualannya hingga 30 persen.

Yuliarti sudah berjualan di Pasar Tanah Abang selama 10 tahun lebih.

“Omzet ketika lebaran dan sebelum maraknya penjualan online bisa sampai Rp 20 juta dalam sehari. Sekarang sehari hanya Rp 1 juta. Penurunan ini bahkan lebih parah dibanding saat pandemi Covid-19,” katanya.

Baca juga: Berawal dari Hobi, Arini Sukses Raup Cuan dari Usaha Kain Kreasi

Meski demikian, ia mengaku setuju dengan adanya penjualan online. Tapi menurutnya, sistem penjualan online harus ditertibkan lagi dan harganya harus sesuai dengan yang ada di pasaran.

"Saya juga sudah mencoba jualan online, tapi tetap sepi pembeli," ungkap Yuliarti.

Ayu, salah satu penjual di Tanah Abang.KOMPAS.COM/Nur Wahyu Pratama Ayu, salah satu penjual di Tanah Abang.

Selain Yuliarti, ada Ayu (32), yang menjual pakaian anak kecil. Pemilik toko Mikhail Store di Tanah Abang ini, juga mengeluhkan penjualannya yang menurun drastis.

“Sekarang saya untuk nyari penglaris saja harus sampai sore. Itu juga satu atau dua orang. Sekarang juga cuma dapat Rp 500 ribu sehari, dulu saya bisa dapat Rp 5 juta sehari," kata Ayu.

"Sekarang kebanyakan orang belanja online, mereka kadang membandingkan harga store dengan online yang barangnya sama, tapi harganya jauh banget,” imbuhnya.

Baca juga: 7 Kiat Sukses Membuka Usaha Es Teh, Pengusaha Pemula Wajib Tahu

Menurut Teten, ini terjadi karena pemerintah masih terlalu longgar dan belum membatasi produk apa saja yang boleh masuk, ditambah tarif biaya masuk juga masih rendah.

“Padahal, pesan Pak Jokowi jelas kepada semua menteri termasuk saya, kalau bisa kita tidak impor lagi barang-barang konsumsi yang memang sudah bisa kita bikin atau buat,” ujarnya.

Ia menekankan, pihaknya akan mengevaluasi kebijakan perdagangan arus masuk barang, termasuk barang legal dan ilegal, serta persyaratan-persyaratan yang harus diatur.

Selain itu, baik untuk toko offline maupun online diwajibkan menjual produk yang legal, dengan melengkapi segala dokumen produk.

"Platformnya juga harus melakukan penyaringan produk legal. Jika platformnya tidak bisa menertibkan, ini bisa masuk pidana penyelundupan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau