Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Gagal Berbisnis, Dua Mahasiswa Ini Sukses Jualan Kacang Mete "Renjana"

Kompas.com - 17/10/2023, 18:31 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

SURABAYA, KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak sekali "komoditas eksotis", dan tak bisa dijumpai di negara lain. Salah satu komoditas yang dimaksud adalah kacang mete.

Selama ini kacang mete hanya diolah dengan cara digoreng dan disajikan dalam plastik kemasan biasa. Padahal, jika diolah dengan tepat dan dikemas menarik, kacang mete akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Hal ini pula yang dilakukan oleh dua mahasiswa Ciputra University Surabaya, Timothy Jasson (22) dan Timothy Steven (23). Mengusung brand Renjana, duo Timothy ini berhasil menjalankan bisnis kacang mete dengan kemasan menarik hingga berhasil masuk pasar ekspor.

Baca juga: Bermodal Rp 2,2 Juta, Ily Handmade Banyak Dilirik Pembeli dari Luar Negeri

Timothy Jasson mengungkapkan bahwa bisnis kacang mete ini mulai dijalankan pada tahun 2021. Dia melihat ada potensi besar di balik bisnis kacang ini, karena masuk kategori premium dan bisa disejajarkan dengan kacang-kacang premium lainnya yang dari luar negeri seperti kacang almond, macadamia, dan sebagainya.

"Selain itu, kacang mete ini lokal banget dan masuk kategori kacang premium, sehingga kami memilih kacang mete untuk kami olah dan kami jual," jelas dia di sela-sela event Entrepreneur Hub yang diselenggarakan Kemenkop UKM di Surabaya, Jumat (29/9/2023).

Timothy menjelaskan, dari pertimbangan itulah, dia mengembangkan bisnis kacang mete. Hingga saat ini, tidak kuang 5 varian rasa dikembangkan oleh Timothy sebagai pilihan yang bisa dipilih konsumen.

Selama 2 tahun menjalankan bisnis, kacang mete Renjana sudah berhasil dijual di berbagai daerah, termasuk Jakarta dan Bali. Di luar itu, pembeli dari beberapa negara Asean juga telah memesan kacang mete Rencana buatan duo Timothy.

Keberhasilan masuk ke pasar ekspor tidak lepas dari peran kampus tempatnya belajar yakni Ciputra University yang sering mengajak untuk mengikuti berbagai ekspo.  

"Terakhir, kami juga didukung oleh Pemkot Surabaya yang sering mengajak kami bertemu dengan para buyer luar negeri. Bahkan ke event level Asean saya sudah bertemu dengan para perwakilan dari negara-negara Asean sehingga punya jaringan penjualan ke sana," jelas dia.

Pernah Gagal Bisnis 2 Kali

Timothy mengungkapkan bisnis kacang mete ini adalah bisnisnya yang ketiga. Sebelum itu, dia pernah menjalankan usaha jualan baju oversize dan pisang goreng. Kedua bisnis tersebut terpaksa tutup karena gagal.

"Bisnis baju yang saya jalankan terpaksa saya tutup karena pandemi. Demikian juga bisnis pisang goreng tutup. Terakhir saya inovasi membuat makanan yang tahan lama dan lokal banget, sehingga saya pilih kacang mete ini," ungkap dia.

Baca juga: Kisah Sukses Reza Merintis Roti Ropi hingga Buka Outlet di Dubai dan UEA

Kini, untuk mendukung produksi, Timothy sudah memiliki tujuh karyawan. Mereka memiliki tugas mulai dari melakukan masak dengan oven, hingga pengemasan.

Saat mengawali bisnis tersebut, keduanya mengaku tidak menggunakan modal. Berbekal kepercayaan dari pemasok kacang mete, dia memulai menjalankan usaha. 

"Modal terbesarnya adalah kita sendiri dan kemampuan intelektual kita, serta relasi yang kita miliki," ungkapnya.

Untuk mendukung penjualan, kacang mete Rencana juga memanfaatkan e-commerce, yang memungkinkan konsumen melakukan order secara langsung.

"Target saya adalah kacang mete Rencana ini bisa tersebar di Indonesia dan ekspor di luar Asia. Karena untuk masuk ke negara lain, itu membutuhkan banyak perizinan. Terakhir adalah sebisa mungkin bisnis saya berdampak ke masyarakat," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau