KOMPAS.Com – Indonesia sejak dahulu sudah terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi yang berbeda-beda.
Salah satunya Kalimantan Bara, yang terkenal sebagai daerah produksi kelapa dan kelapa sawit terbanyak.
Menurut data BPS tahun 2018-2022, Kalimantan Barat merupakan kota yang memproduksi kelapa paling tinggi yaitu sebanyak 75.222 ton pada tahun 2021.
Sementara itu, menurut data kalbarprov.go.id tahun 2021, luas areal perkebunan kelapa dalam sebesar 90.052 Ha dengan produksi sebesar 76.087 ton.
Baca juga: Perjalanan Triswendo Merintis Usaha kerajinan Kulit Rajokabu hingga Ekspor ke Belanda
Potensi daerah ini dimanfaatkan oleh keluarga Felicia Nathania, pemilik CV. Sumber Karunia.
Felicia sendiri saat ini menduduki posisi manager di CV. Sumber Karunia.
“Usaha ini sudah berdiri sejak lama, sudah sejak tahun 1960-an dan saya merupakan generasi ketiga. Saya bergabung dengan usaha keluarga ini sejak tahun 2022,” tutur Felicia saat ditemui Kompas.com di acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 di ICE BSD, Tangerang beberapa waktu lalu.
Felicia menuturkan, pada tahun 1960-an kakek moyangnya memulai usaha dengan memanfatkan sumber daya yang ada.
"Jadi kami memanfaatkan bagian daging kelapa kemudian diolah menjadi minyak. Minyak yang diolah masih minyak mentah dan harus diolah lagi untuk menjadi minyak goreng," jelasnya.
Baca juga: Punya Usaha Coffee Shop? Ini 4 Alasan Kenapa Harus Ada Fasilitas WiFi
Minyak setengah jadi ini dihargai Rp 14.500 per liter dan satu kali pengiriman dari Pontianak ke Tanjung Priok bisa dengan kontainer berukuran 20 feet bisa memuat 21,5 ton minyak setengah jadi.
“Kami menargetkan penjualan ke pabrik-pabrik dengan konsep Bussiness to Bussiness (B2B) bukan ke konsumen secara langsung. Minyak yang kita buat itu minyak kelas industri atau minyak setengah jadi,” katanya.
Di samping itu, Felicia juga memproduksi ampas dari pengolahan kopra atau daging kelapa, yang sering disebut dengan bungkil. Ampas kelapa bisa dijual langsung ke konsumen sebagai pakan ternak.
Baca juga: Kaum Rebahan Ingin Sukses Berbisnis? Cek Tips dari Owner Rajokabu Ini
Wanita berusia 21 tahun ini bergabung dengan CV. Sumber Karunia sejak tahun 2022. Dalam kurun waktu satu tahun, ia berusaha memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki perusahaannya, seperti mencantumkan lokasi perusahaan di Google Maps.
“Dengan adanya lokasi di Google Maps sangat membantu kami. Hal ini karena, para petani kopra menjual ke kami melalui aplikasi tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Felicia juga mengoptimalisasi penjualannya melalui website www.sumberkarunia.com dan mengikuti beragam pameran sebagai media marketing.
Baca juga: 7 Strategi Pemasaran Offline yang Masih Sangat Efektif
Di Kalimantan Barat saat ini semakin marak petani kelapa yang melakukan ekspor kelapa bulat ke luar negeri.
Oleh karena itu, saat ini bahan baku menjadi tantangan bagi kita Felicia. Bahkan, karena fenomena tersebut, CV. Sumber Karunia pernah berhenti produksi selama empat bulan.
“Kalau kelapa bulat yang diekspor, kita akan kesulitan untuk mendapatkan daging kelapanya,” ujar ulusan bisnis Internasional dengan peminatan ekspor impor ini.
Tak berdiam diri, Felicia mencari solusi dengan membeli kelapa grade reject, karena kelapa grade A banyak diekspor.
Baca juga: Teten Masduki Usul Mahasiswa Bisa Susun Rencana Bisnis untuk Gantikan Skripsi
“Menggunakan kelapa bulat reject juga jadi tantangan baru untuk kami, karena pasti kualitasnya tidak sebagus grade A. Jadi kami harus pintar-pintar mengolah kelapanya, sehingga hasilnya bisa sama dengan yang grade A,” ungkapnya.
Pengolahan kelapa menjadi minyak setengah jadi menggunakan mesin. Dikatakan Felicia, dalam sebulan, CV. Sumber Karunia mampu memproduksi sebanyak 200 ton minyak setengah jadi dan 5 ton bungkil dalam sehari.
Sementara untuk bungkil, ampas dari pengolahan daging kopra atau kelapa menjadi minyak, dijual seharga Rp 3.500 per kg.
Saat ini, penjualan ampas kopra atau bungkil sudah sampai ke Malaysia untuk peternakan babi.
"Memang pasar utama dari bungkil yaitu peternakan babi, sapi, ayam, dan pakan ikan. Konsumen dari Malaysia mendatangi kediaman kami, melalui informasi yang tertera di Google Maps,” jelasnya.
Untuk bertahan dari persaingan bisnis sejenis, Felicia mengaku, dirinya terus membuat perencanaan untuk meningkatkan nilai ekonomi minyak industri atau minyak setengah jadi menjadi minyak goreng.
“Pengolahan lanjutan ini tentunya memiliki value yang lebih tinggi dan peminatnya tentunya lebih banyak, karena bisa langsung dijual ke konsumen atau end user,” pungkasnya.
Baca juga: Cerita Perjalanan Kelor Organik Indonesia, Berdayakan Ibu-ibu hingga Masuk Alfamart
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.