TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Daur ulang merupakan proses mengubah bahan bekas menjadi bahan baru dengan nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan produk sisa yang tak diolah.
Daur ulang juga salah satu cara untuk mengurangi limbah dan menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satu usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menghasilkan produk dengan memanfaatkan kemasan minuman instan adalah UKM Anggrek Hitam yang berasal dari Kalimantan Timur.
Produk yang dihasilkan oleh UKM Anggrek Hitam didominasi dengan produk tas tangan wanita, tetapi produk lain yang juga dihasilkan adalah wadah tisu, dompet clutch, tikar, dan wadah aksesoris.
Sundari, sebagai penghasil kerajinan dari bahan daur ulang kemasan minuman instan UKMM Anggrek Hitam mengatakan jika bisnis ini dimulainya dengan tanpa modal. Mulanya ia hanya berinisiatif untuk mengurangi jumlah sampah kemasan yang sering kali berserakan di tanah.
“Tujuannya kan memang untuk mengurangi sampah plastik, seperti itu,” kata Sundari saat ditemui Kompas.com dalam Pameran Trade Expo Indonesia beberapa waktu lalu.
Baca juga: 5 Ide Usaha Sustainable, Berpeluang Cuan dan Bantu Daur Ulang Sampah
Mulanya kegiatan ini adalah gerakan sadar kebersihan yang dilakukan oleh sekelompok ibu-ibu melalui bank sampah, yaitu Gerakan Bersih Kecamatan Anggana. Seterusnya, bisnis ini dijalankan dengan pembinaan dari PT Pertamina Hulu Mahakam yang ada di Kecamatan Anggana.
“Bisnis ini sudah mulai dijalankan sejak tahun 2019, sudah hampir tiga tahunan ini lah pokoknya,” ungkap Sundari.
Pada tahun 2020, akibat mewabahnya pandemi Covid, kegiatan pembinaan oleh Pertamina dilakukan secara online, sedangkan untuk proses produksinya benar-benar terhenti.
“Kami sempat terkendala Covid, jadi sempat berhenti produksi dan pelatihannya secara online. Karena online gitu rasanya jadi kurang maksimal,” jelas Sundari.
Sundari mengungkapkan jika saat ini UKM Anggrek Hitam bekerjasama dengan beberapa warung kecil yang menjual minuman instan.
“Bahan bakunya karena dari sampah minuman saset, kita minta sama warung-warung kecil yang jualan minuman itu. Kita minta mereka untuk kumpulkan bungkusnya itu,” ucap Sundari.
“Sekarang ini kita juga dapat support dari PT Nutrifood. Jadi kami dikirimkan barang yang sudah kadaluarsa dan bungkus-bungkus yang sudah kosong juga. Itu mereka juga kerjasama dengan warung yang jual produk mereka,” imbuh Sundari.
Bahan baku bungkus minuman instan yang diterima Sundari dari PT Nutrifood bisa mencapai 5 kilogram setiap bulannya, sedangkan dari warung-warung kecil, jumlahnya tidak menentu. Akumulasi bahan yang didapatkan dalam satu bulan berkisar 10 kilogram.
“Itu yang kami terima dan yang masih harus kami kurasi lagi, karena kan banyak yang tidak layak pakai sebab kemasannya rusak dan lain-lain,” kata Sundari.
Baca juga: Manfaatkan Limbah Paralon, Produk Syahda Craft Banyak Dilirik Hotel Bintang 5