“Dulu sebelum di sanggar Sriekandi Patra, di rumah saja, cuma nonton TV. Satu tahun setelah lulus SD, ibu-ibu dari Desa Tawangsari datang ke rumah nawarin ada program Disablepreneur, untuk pemberdayaan disabilitas. Saya sempet ragu gabung karena jujur enggak ada basic sama sekali. Saya sempat ragu sama kemampuan saya sendiri,” kata Wawan.
Baca juga: Pertamina Fasilitasi 50 UMKM Binaan untuk Dapat Sertifikat Halal
Wawan yang sempat ragu akhirnya mengambil sikap. “Lumayan buat tambah pengalaman,” tambah Wawan. Akhirnya, Wawan bergabung dengan Sriekandi Patra bersama lima orang rekannya.
Di Sriekandi Patra, hidup Wawan dan para penyandang disabilitas lain menjadi lebih berwarna dan bersemangat untuk berkarya. Wawan bisa mendapatkan kemampuan membatik, bahkan menjadi pengajar membatik untuk masyarakat dan karyawan Pertamina. Ia pun bisa mengasah kemampuan public speaking dan menjadi sosok yang percaya diri.
Bagi Wawan, bantuan Pertamina lewat Sriekandi Patra bisa mendorong pengembangan minat dan potensi yang ada di dalam dirinya. Wawan merasa bisa mengasah kemampuannya yang tak ia tahu. Wawan pun tak mengalami kendala yang berarti saat menjalani berbagai proses wawancara baik oleh mahasiswa, media, dan pihak lain.
“Saya juga belajar public speaking, belajar ngomong sama orang banyak. belajar bersosialisasi, lebih percaya diri dan tidak minder, lebih termotivasi untuk membuktikan ke teman-teman yang pernah mem-bully bahwa dengan kondisi ini, saya bisa lebih dari mereka,” ujar Wawan.
Baca juga: Perwira Penggerak Pertamina Belajar Membatik Bersama Teman Difablepreneur Boyolali
Wawan pun bisa pergi melihat pemandangan dan suasana baru di luar desanya. Cakrawala baru untuk Wawan terbuka. Ia pun tak membayangkan bisa ada di titik saat ini.
Wawan ingin para penyandang disabilitas bangkit dan menyadari kelebihannya. Perbedaan bukanlah tembok besar dalam berkarya. Kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, dan pendidikan adalah harapan Wawan.
“Harapan teman-teman penyandang disabilitas bisa setara dan tak ada diskriminasi. Di luar sana disabilitas itu kan banyak dipandangnya berbeda dan di-bully,” kata Wawan.
Relawan dan pengurus Sriekandi Patra, Sri Maryatun mengatakan, Sriekandi Patra berdiri sejak April 2018. Awal mula penerima manfaat program Pertamina, lanjut Sri, adalah seorang penyandang disabilitas Bernama Yuni Lestari (34). Kala itu, Yuni berkondisi sama dengan Wawan.
Pertamina memberikan kesempatan Yuni untuk mengikuti pelatihan membatik di Yogyakarta pada 2017 silam. Yuni pun kemudian memotivasi para penyandang disabilitas di desanya untuk menjadi seorang difablepreneur. Dari sana, kelompok Sriekandi Patra memulai kisahnya.
Dalam perjalanannya, Sri bersama Siti Patimah dan Sri Maryatun, berkeliling di desanya. Di Desa Tawangsari sendiri ada 29 penyandang disabilitas. Mereka pun berjuang untuk mengajak para penyandang disabilitas untuk bangkit dan bersemangat dalam menjalani hidup.
“Awal pertemuan itu agak sulit untuk pendekatan kepada orangtua penyandang disabilitas. Namun relawan tetap semangat dan ingin bermanfaat untuk anak-anak,” kata Sri saat ditemui di Sanggar Sriekandi Patra akhir Juli lalu.
Baca juga: UMKM Binaan Pertamina Berhasil Menarik Pasar Global di Belanda
Fakta bahwa disabilitas merupakan aib pun masih ditemukan. Masih banyak warga di Desa Tawangsari kala itu menyembunyikan anaknya lantaran menyandang disabilitas. Namun, usaha Sri dan para relawan Sriekandi Patra tak mengkhianati hasil.
“Lima orang bergabung. Ada disabilitas untuk tuna rungu satu, tuna wicara satu. Tiga itu tuna daksa,” tambah Sri.