KOMPAS.com – Saat ini tren minuman teh di Indonesia semakin berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berjualan special tea.
Seperti merek special tea Havilla Tea yang dirintis oleh Ajeng Respati sebagai Co-Founder dan Nesya Valeria selaku Founder sejak tahun 2014.
“Awalnya partner saya, Nesya yang menjalankan usaha ini pada tahun 2014, lalu ditahun kedua saya bergabung dengan Havilla Tea,” kata Ajeng saat wawancara online melalui panggilan video WhatsApp beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kisah Sukses Ajeng Respati dan Nesya Valeria Rintis Havilla Tea
Ajeng mengungkap, dalam perjalanannya, Havilla Tea sudah pernah melakukan pameran di berbagai tempat, hingga ke luar negeri, yakni Meksiko. Sementara untuk penjualan sudah sampai ke negara Prancis.
“Kami bersyukur mampu meraup omzet Rp 300 juta dalam sebulan dan market sudah teredukasi mengenai teh,” ujar Ajeng.
Bagi kamu yang tertarik membangun bisnis special tea, Ajeng membagikan empat tips sukses membangun bisnis teh.
Ajeng mengatakan, semua bisnis pastinya dimulai dari kecil, lalu menjalani berbagai proses hingga usahanya bisa menjadi besar.
“Meski punya modal besar pun, misal bisa bikin Instagram yang bagus sekali, media sosial yang bagus sekali, itu pasti mereka akan memulai dari followers-nya nol juga kok,” tuturnya.
Setiap pelaku usaha pasti membutuhkan modal dalam menjalankan bisnisnya. Modal ini tentu berbeda-beda, tergantung kebutuhan dan prioritasnya.
“Berapa pun modalnya bisa menjalankan usaha, asal tahu ingin memperkuat apa saja, misal kalau di produk, berarti alokasi modal lebih banyak di RnD (Research and development)," papar Ajeng.
"Kalau ingin branding, berarti dananya bisa difokuskan ke desain dan branding. Semua tergantung manajemennya saja,” sambungnya.
Ajeng menambahkan, untuk menjalankan usaha seperti Havilla Tea tidak memerlukan modal yang banyak. Ia hanya membutuhkan dana Rp 50 juta untuk memulai usaha Havilla Tea, meskipun membutuhkan waktu yang panjang sampai mereknya benar-benar kuat.
Baca juga: 6 Tips Mengetahui Peluang Bisnis Ekspor
Ajeng menuturkan, teh merupakan minuman nomor dua terbanyak setelah air putih. Hal ini berarti, teh bisa menjadi usaha yang berkelanjutan, asalkan pelaku usaha bisa meramaikan marketnya.
“Saya senang kalau ada kompetitor karena marketnya akan hidup, sehingga mengharuskan pelaku usaha untuk bersaing kreativitas agar lebih berwarna pasarnya,” tutur Ajeng lagi.
Salah satu yang dilakukan oleh Ajeng untuk mendapatkan ide dan meningkatkan kreativitasnya dalam membuat produk Havilla Tea, yaitu jalan-jalan ke negara lain dan kota lain.
“Dengan jalan-jalan, kita bisa mengikuti tren seperti apa, orang lagi suka apa di kota atau negara lain untuk diadaptasi sebagai bahan inspirasi. Kita juga bisa mendapat inspirasi dari banyak hal seperti fesyen, makanan, dan teknologi,” jelas Ajeng.
Baca juga: Tergerak Membantu Petambak Udang, Nafiah Bangun Bisnis Startup Crustea
Diakui Ajeng, di awal membangun usaha, dirinya sangat berjuang untuk mengedukasi market. Hal ini karena ia menjual teh seharga Rp 100 ribu-an ke atas, padahal di supermarket hanya Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.
“Dengan harga segitu, orang pasti langsung mengaitkan dengan kesehatan, padahal kita tidak jualan obat tapi jualan teh. Awal usaha sangat menantang di creating market dan edukasi marketnya,” ujar Ajeng.
“Maka dari itu, kita bikin edukasinya secara door to door dan membuat workshop di coffee shop untuk mengenalkan bukan jualan, agar mereka tahu bedanya premium tea seperti apa. Saat ini kalau kami bikin kelas itu yang datang barista, karena mereka menyadari kalau teh itu sekompleks kopi,” lanjutnya.
Oleh karena itu, sebagai pelaku usaha special tea, jangan bosan untuk terus mengedukasi market.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.