JAKARTA, KOMPAS.com – Produk berbahan dasar kulit termasuk usaha yang timeless. Artinya, produk seperti ini tidak akan ketinggalan zaman atau tergerus tren musiman.
Bisnis tas, dompet, sepatu, jaket, sabuk, bahkan topi berbahan kulit bisa berumur jangka panjang. Selain produknya yang awet, bahan kulit juga terlihat elegan dan berkelas sehingga banyak peminatnya.
Itulah pemicu Ardi Lada, pemilik Wrekso Leather Goods meneruskan usaha turun temurun keluarganya yang menjual produk spesialis kulit.
Latar belakang usaha keluarga Ardi adalah menjual produk-produk berbahan dasar kulit untuk diekspor ke ranah internasional. Sejak tahun 1972, usaha keluarga Ardi ramai pembeli yang berasal dari berbagai negara Eropa.
“Bisnis keluarga saya dulu spesialis ekspor ke luar negeri. Seperti Belanda, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Jerman. Secara tradisi, masyarakat di sana memang penggemar kulit,” ungkap Ardi kepada Kompas.com saat ditemui di acara INACRAFT 2024 pada Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Peluang Usaha Ecoprint, Begini Cara Membuatnya
Walaupun memiliki privilage dari bisnis keluarganya sudah dikenal di ranah internasional, Ardi memiliki dorongan untuk mengembangkan bisnisnya sendiri di dalam negeri.
Terhitung sudah 10 tahun Ardi mengembangkan usaha sendiri untuk berbisnis produk kulit yang dijual di Indonesia. Ia memberi nama tokonya “Wrekso Leather Goods” di Yogyakarta.
“Alasannya menjual di lokal karena banyak pembelinya. Jadi memilih buka toko sendiri dan berjualan di sini. Bahkan peminatnya sekarang lebih banyak dibandingkan ekspor ke luar, di sana lagi krisis” ungkap Ardi.
Sejak empat tahun terakhir, Ardi mencoba inovasi baru yakni mengombinasi produk kulit dengan teknik ecoprint. Ecoprint adalah teknik mencetak pada media yang berbahan dasar alam menggunakan material alam seperti daun dan bunga.
“Visi dari menccoba ecoprint adalah ingin menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Peluang bisnis ini cukup menjanjikan, ecoprint lumayan diminati dan ada pasarnya," jelas Ardi.
Jika kebanyakan produksi ecoprint menggunakan media kain, Ardi lebih tertarik menggunakan material kulit sesuai dengan keahliannya. Menurut Ardi, jarang penjual yang menggunakan kulit sebagai media ecoprint.
Baca juga: Kisah Novianti Ekastuti, Resign Kerja Lalu Sukses Usaha Berbasis Ecoprint
“Yang main kulit biasa udah banyak, jadi harus ada diferensiasi dan inovasi. Apalagi di Yogyakarta udah banyak yang jualan tas kulit. Tapi yang memproduksi ecoprint di kulit itu jarang. Saya mulai ecoprint ini saat pandemi dan belum ada yang jual produk ecoprint kulit seperti ini," tambah Ardi.
Saat ini, Ardi sukses menjual produk tas kulit, dompet kulit, bahkan lembaran kulit dengan teknik ecoprint. Meskipun tidak mengikuti jejak keluarganya untuk ekspor ke luar negeri, Ardi ingin fokus mengembangkan bisnis nya di Indonesia dengan terus berkreasi dan berinovasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.