JAKARTA, KOMPAS.com – Selama ini oleh-oleh identik dengan makanan tradisional. Namun seiring dengan semakin berkembangnya referensi konsumen, banyak pelaku usaha yang mulai mencari peluang dengan membuat oleh-oleh berupa barang-barang aksesoris.
Hal ini pula yang dilakukan oleh Yulianah (43), seorang pelaku usaha UMKM produsen lilin handmade yang tinggal di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kosongnya pasar lilin untuk aksesoris membuat usaha yang dia geluti sejak 2011 belakangan semakin berkembang dan menarik banyak konsumen untuk membelinya.
Baca juga: 7 Cara Membuat Lilin Aromaterapi Sendiri di Rumah
Mengusung brand "Jakarta Candle", Yulianah menjalankan usaha pembuatan lilin organik bersama suaminya, Dhanu Trapsilo.
Dalam menjalankan usaha ini, dia selalu rajin melihat trend yang ada di pasar. Tujuannya agar lilin yang diproduksi bisa sesuai dengan permintaan konsumen.
“Salah satu yang saat ini digemari adalah lilin yang menggunakan bahan baku sarang lebah atau beeswax. Banyak konsumen yang mencari lilin dengan bahan organik, di samping bahan organik lainnya yakni campuran parafin dengan palmwax atau lilin dari sisa sawit,” ujar Yuliana, Sabtu (6/4/2024).
Karena mengikuti trend itulah, model lilin yang diproduksi Yuliana cukup beragam. Hal ini yang membuat konsumen memiliki banyak pilihan lilin yang bisa dibeli.
Konsumen perorangan banyak membeli lilin dari Jakarta Candle untuk dijadikan oleh-oleh. Salah satu yang menjadi pelanggan adalah para pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Bogor.
“Pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Bogor banyak yang memesan lilin buatan saya. Seperti Camat Bojonggede jika ada tamu, beliau memesan lilin di sini untuk oleh-oleh tamunya,” kata Yulianah.
Baca juga: Mahasiswa IPB Olah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi
Lilin yang dia produksi tak hanya dibeli oleh konsumen perorangan. Belakangan, banyak juga wedding organizer yang menjadi langganannya. Beragam model banyak dipesan oleh para penyelenggara acara pernikahan untuk melengkapi dekorasi yang dibuat.
“Saya baru-baru ini mengirimkan paket lilin dengan jumlah yang sangat banyak untuk acara pernikahan di Bali yang dipesan oleh wedding organizer. Kelihatannya pernikahannya cukup mewah,” jelas dia.
Yulianah menjual produk lilinnya mulai dari Rp 26.000 per batang. Sementara jika lilin tersebut untuk souvenir, harga yang dipatok di angka Rp 15.000 sampai Rp 300.000.
Kebanyakan konsumen adalah middle up class, yang memang memerlukan lilin berkualitas dan untuk mendukung berbagai aktivitas dan keperluan, mulai aroma therapy, meditasi, hingga pernikahan.
Karena yangd ibuat adalah lilin organik, Yulianah tidak bisa sembarangan membeli bahan baku di toko-toko biasa. Untuk memenuhinya, dia berkolaborasi dengan pemasok yang ada di berbagai daerah.
Yuliana mengambil lilin sarang lebah dari peternak lebah madu yang banyak ditemui di kawasan Ujung Kulon, Banten. Dia juga mengambil bahan baku dari peternak lain yang ada di Sumatera.
Baca juga: Apakah Lilin Aroma Itu Aman Digunakan?
“Karena sudah diambil madunya, jadinya sarang lebah tidak digunakan lagi. Sisa-sisa sarang itulah yang saya manfaatkan sebagai bahan bakar lilin. Saya membeli langsung dari peternak lebah madu,” jelas Yuliana.
Hal ini sekaligus membantu para peternak lebah memperoleh solusi atas sisa-sisa sarang lebah yang tidak terpakai dan menjadi limbah.
Saat mengawali usaha lilin organik ini, Yulianah memanfaatkan fasilitas KUR yang disediakan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Saat itu dia mengambil pinjaman senilai RP 25 juta untuk usaha yang dijalankan ini.
Fasilitas tersebut dia gunakan untuk mendukung produksi serta bahan baku. Selain itu, dia juga memanfaatkan KUR tersebut untuk pengembangan usaha.
“Alhamdulillah sekarang sudah lunas,” kata Yulianah.
Produksi lilin organik merupakan salah satu sub sektor industri kreatif sektor kriya, yang bisa mendapatkan pembiayaan oleh BRI. Hal ini merupakan komitmen dari perseroan menumbuhkan inovasi dan kreativitas di kalangan pelaku UMKM.
Sementara itu mengutip data Kementerian Perindustrian pada 2023, sektor ekonomi kreatif menyumbang sekitar 7,8% dari Produk Domestik Bruto Nasional (PDB) Indonesoa. Hal ini membuktikan kontribusi sektor ekonomi kreatif cukup signifikan dalam perekonomian negara.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan tahun ini pemerintah mengalokasikan penyaluran KUR tahun 2024 senilai Rp 165 triliun melalui perseroan.
Baca juga: Ingin Ajukan KUR BRI? Pahami Persyaratan dan Aturan Mainnya
“Untuk 2024, kami sudah mendapatkan target menyalurkan KUR Rp 165 triliun,” ujarnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (20/3/2024).
Alokasi penyaluran KUR melalui BRI tahun ini lebih besar jika dibandingkan tahun 2023 dengan plafon Rp 163,3 triliun. KUR yang akan disalurkan BRI tahun ini juga lebih besar, dibanding tahun 2019 dan 2020 masing-masing Rp 87,9 triliun dan Rp 138,5 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.