Masih mempertahankan resep dari orang tua, Kopi Tjap Teko menjaga cita rasa dan kualitasnya. Kopi Tjap Teko yang khas ternyata bisa bertahan melewati lintas generasi.
"Dulu di jalanan ini ada enam toko kopi, saat ini tinggal tersisa dua. Untungnya masyarakat masih banyak yang menjadi pelanggan setia kami. Bersyukur juga jumlah produksi kami enggak berkurang," ungkap Agus.
"Kami sangat memperhatikan konsistensi rasa. Karena kopi ini kalau ada yang berbeda tidak sesuai seperti biasanya itu terasa sekali. Jadi kalau ada pelanggan yang bertanya kenapa kopi nya agak beda hari itu bapak saya bisa kepikiran banget. Jadi kami berusaha pertahankan cita rasa," imbuh lelaki asal Bogor tersebut.
Oleh karena itu, Kopi Tjap Teko masih konsisten menjual kopi tubruk. Biji kopinya didatangkan dari Sumatera, Lampung, Bengkulu hingga Aceh. Setelah itu biji kopi akan di roasting sesuai dengan kebutuhan kemudian di mix.
Tiap bulannya Kopi Tjap Teko bisa menggiling puluhan kilo kopi. Bahkan, jika memasuki momen lebaran bisa menembus 120 Kg.
Memiliki packaging yang unik, Kopi Tjap Teko masih menggunakan bungkus kertas klasik berwarna cokelat. Bahkan, dengan ukuran kecil sekali seduh. Selain karena cita rasanya, hal ini juga menjadi salah satu daya tarik yang membuat masyarakat berminat membawa Kopi Tjap Teko sebagai oleh-oleh untuk mudik lebaran.
"Kami memang sengaja mempertahankan kemasan kertas ini sejak awal. Di packing juga secara manual oleh karyawan di sini. Meskipun ada juga yang kemasan pelastik karena mengikuti perkembangan zaman juga, tetapi bungkus kertas ini salah satu ciri khas dari Kopi Tjap Teko," jelas Agus.
"Kemasan kertas seperti ini unik juga. Kalau dilihat kan lucu, jadi banyak yang ingin beli untuk oleh-oleh," imbuh Jo.
"Sejarah toko kopi ini sudah panjang. Saya melihat peluang bisnis kopi ini juga menjanjikan. Meskipun ada naik turunnya, tapi kopi ini bukan minuman musiman. Kalau Pak Agus ini masih tradisional, saya ingin bantu transisikan ke generasi sekarang," lanjut Jo
Walaupun saat ini banyak coffee shop modern, menurut Agus pelanggan yang sudah terbiasa mengkonsumsi Kopi Tjap Teko akan kembali lagi. Agus akan mengikuti flow bisnis ini selama kopi yang dia jual masih bertahan di hati masyarakat.
"Mereka yang sudah terbiasa dengan Kopi Tjap Teko akan kembali lagi, karena sudah suka dengan rasanya. Ajaran dari bapak saya juga untuk 'fokus saja dengan hari ini', jadi kami akan mengikuti flow saja kedepannya bagaimana," ujar Agus.
Kopi Tjap Teko menyediakan dua jenis kopi. Yaitu kopi tubruk biasa dan kopi tubruk premium. Berkisar harga Rp 80.000 hingga Rp 180.000 mulai dari ukuran 8 gram hingga 500 gram.
Hanya ada satu toko di Kota Bogor, tetapi Kopi Tjap Teko juga memberdayakan masyarakat sekitar sebagai pekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.