Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Kopi Tjap Teko, Si Legedaris Lintas Generasi

Kompas.com - 08/04/2024, 22:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Saat ini ada banyak sekali coffee shop yang menjual berbagai jenis kopi, seperti americano, latte, dan cappucino. Tren minum kopi ini hits kembali di kalangan anak muda bahkan sudah menjadi lifesyle untuk nongkrong di coffee shop.

Namun, di tengah gempuran kopi modern tersebut ternyata di Bogor ada pabrik kopi tradisional yang sudah berdiri sejak tahun 1960. Terletak di tengah Kota Bogor tepatnya di Jalan Pedati, Kopi Tjap Teko Toko Agus menjual kopi tubruk legendaris.

Meskipun berada di tengah pasar, tetapi aroma kopi harum di sepanjang jalanan kecil tersebut. Kopi Tjap Teko terkenal khususnya oleh kalangan masyarakat di Kota Hujan tersebut.

Masih bertahan selama 64 tahun lamanya, begini perjalanan Kopi Tjap Teko Toko Agus

Baca juga: Cerita di Balik Legendarisnya Kopi Es Tak Kie, Berdiri Sejak Tahun 1927

Perjalanan Kopi Tjap Teko

Diceritakan Kopi Tjap Teko Toko Agus didirikan oleh Jono Widarto. Jomo memiliki tiga anak lelaki dan satu anak perempuan, Kopi Tjap Teko mengambil nama dari ketiga anak lelakinya yaitu Agus Suhardja, Agus Sudardji, dan Agus Sarjana.

Awalnya Jono berjualan toko kelontong, tetapi sejak tahun 1960 ia fokus menjual kopi tubruk tersebut. Saat ini Kopi Tjap Teko sudah diteruskan ke generasi kedua. Namun, kini dipegang oleh tiga bersaudara saja karena salah satu saudaranya telah berpulang.

"Justru awalnya toko kelontong, kopi ini usaha sampingan. Kemudian bapak saya memilih fokus untuk berjualan kopi," ujar Agus Sudardji (57) saat diwawancara oleh Kompas.com pada Rabu (3/4/2024).

Agus Kecil sudah terbiasa dengan kehadiran kopi. Sejak kelas 3 SD, Agus mulai membantu orang tuanya untuk bekerja di toko kopi mulai dari membungkus kopi, menguji rasa kopi, hingga menoba racikan kopi.

"Sejak kecil saya sudah terbiasa berinteraksi dengan kopi, tentunya kopi tubruk. Saya sering diminta masukan oleh orang tua bagaimana kualitas dan rasa kopi yang kami jual tiap harinya," lanjut Agus.

Kopi Tjap TekoKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Kopi Tjap Teko
Memasuki lintas generasi

Memasuki masa kuliah, Agus yang mengambil jurusan manjemen tetap tidak melepas Kopi Tjap Teko dalam kesehariannya. Agus mengaku selalu membawa kopi sendiri untuk menemani perkuliahan.

Terbukti, meskipun kini Agus Sudardji juga memiliki pekerjaan di perusahaan lain, tetapi Agus juga sembari meneruskan bisnis keluarganya.

Baca juga: Cerita Christine Membangun Bisnis Biji Kopi Panggang untuk Kenalkan Toraja Sapan

Tradisi ini mulai diturunkan ke anaknya yang merupakan generasi ketiga, Jo Nicholas Agus (23). Jo yang berkuliah di LA Amerika pun membawa Kopi Tjap Teko untuk mengobati rasa rindunya selama di luar negeri.

"Jadi saat saya kuliah di LA juga bawa kopi sendiri. Kadang sering rindu juga sama suasana rumah sehingga bawa kopi ini. Sekalian mengenalkan ke teman-teman di sana, kebanyakan pada suka karena rasanya otentik," kata Jo.

Pada masa 1960-an, di Jalan Pedati terdapat enam toko kopi. Banyak yang tidak bertahan dengan pergerakan zaman, sehingga saat ini hanya tersisa dua toko kopi saja.

Halaman:

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau