BOGOR, KOMPAS.com - Pagi itu, sebuah toko roti di tengah Kota Bogor terlihat cukup sibuk dikunjungi oleh beberapa pembeli. Kebanyakan mereka yang datang berusia paruh baya, beberapa pelayan yang telah bekerja puluhan tahun di toko itu pun sudah hafal dengan pesanan para pelanggan. Nampaknya roti Tan Ek Tjoan memang legendaris di Kota Hujan ini.
Sepasang suami isteri menyambut kedatangan Kompas.com, rupanya mereka sang penerus roti Tan Ek Tjoan yang diturunkan dari keluarganya. Ibu Lydia C Elia (68) adalah generasi ketiga dari Tan Ek Tjoan, bersama dengan suaminya Hadi D Setiawan (70) meneruskan bisnis roti Tan Ek Tjoan yang sudah berdiri sejak tahun 1920.
Lydia mulai bercerita tentang sejarah Tan Ek Tjoan. Semua ini bermula dari seorang pemuda keturunan Tionghoa bernama Tan Ek Tjoan dan isterinya. Pada tahun 1920 masih sulit menemukan roti di Buitenzorg (nama Bogor pada masa kolonial Belanda). Kemudian mereka belajar membuat roti kepada seorang asal Belanda.
Baca juga: Kisah di Balik Kopi Tjap Teko, Si Legedaris Lintas Generasi
"Awalnya tahun 1920, nenek dan kakek saya diajarkan membuat roti oleh seorang asal Belanda. Pada masa Kolonial Belanda itu, sulit mencari roti di Bogor. Dengan menggunakan nama Opa saya yaitu Tan Ek Tjoan, dari usaha kecil toko roti rumahan ini mulai berkembang terus sampai sekarang sudah dilanjutkan oleh generasi ketiga," kata Lydia saat diwawancara Kompas.com, Rabu (17/4/2024).
Saat ini toko roti Tan Ek Tjoan berlokasi di Jalan Siliwangi, Sukasari Bogor. Namun, Tan Ek Tjoan pertama kali berdiri di Suryakencana. Sebuah bangunan tiga lantai di Jalan Suryakencana, Bogor menjadi saksi bisu perjalanan bisnis Tan Ek Tjoan yang sudah lintas generasi ini.
Sambil menoleh ke sebuah foto hitam putih di sudut toko, Lydia menunjukkan gambar bangunan toko roti pertama Tan Ek Tjoan. Pada foto tersebut terlihat toko roti Tan Ek Tjoan bersama para bakers yang mengelilinginya. Hadi turut menjelaskan detail tulisan Belanda di toko roti tersebut, 'Broodbakkerij Tan Ek Tjoan' yang artinya Roti Tan Ek Tjoan.
"Promosi zaman dulu itu masih dari mulut ke mulut. Pemerintahan pada saat itu kebanyakan dipegang oleh orang Belanda. Kemudian mereka yang sudah tahu atau pernah datang itu memberi kabar ke rekan-rekannya kalau Tan Ek Tjoan menjual roti. Awalnya roti kosong seperti roti kadet, nanti mereka bisa isi dengan telur atau selai," lanjut Lydia.
Baca juga: Kisah Soto Betawi H. Ma’ruf, dari Jualan Keliling hingga Jadi Legendaris di Jakarta
Memasuki tahun 1945, roti Tan Ek Tjoan berkembang lebih pesat. Masyarakat lokal mulai berdatangan mengunjungi toko roti tersebut. Bukan hanya roti kadet, Tan Ek Tjoan mulai membuat roti tawar hingga roti manis. Mereka juga memproduksi selai sendiri secara handmade, karena pada saat itu belum ada yang produksi selai di Bogor.
"Setelah berkembang iklan, Tan Ek Tjoan mulai promosi melalui iklan-iklan di koran. Meskipun masih pakai bahasa Belanda saat itu. Sementara kalau untuk masyarakat Indonesia itu sendiri memang masih awam terhadap roti. Memasuki tahun 1950-an baru mulai terbiasa," ujarnya.
Pada tahun 1960, roti Tan Ek Tjoan mulai berkeliling menyusuri jalanan Bogor melalui armada gerobak roti. Semakin memudahkan masyarakat untuk menjangkau roti Tan Ek Tjoan. Lydia mengaku memang gerobaknya tidak terlalu banyak, tetapi mereka bisa melintasi banyak tempat di Bogor karena lokasinya yang terus berpindah dari pagi hingga sore.
"Memang enggak banyak, tapi sistemnya gerobak ini yaitu pagi keliling di wilayah tertentu kemudian sorenya ke wilayah yang lain lagi. Jadi bisa menyebar," ucap Lydia
"Dan untuk gerobak ini bukan karyawan yang keliling, sistemnya itu freelance. Kami tidak menentukan titik keliling mereka akan kemana, karena mereka sudah punya jalur sendiri dan langganan sendiri," imbuh Hadi.
Roti Tan Ek Tjoan hingga saat ini masih menjadi langganan banyak orang, khususnya masyarakat Bogor. Roti yang paling banyak disukai oleh mereka adalah roti gambang khas Tan Ek Tjoan. Roti berbahan dasar gula merah dengan wangi yang harum ini menjadi best seller di Tan Ek Tjoan.
Bahkan, roti gambang yang daya simpannya lebih awet ini sudah sampai ke luar negeri. Hadi bercerita kalau kini Tan Ek Tjoan menyediakan roti gambang ukuran bites yang packaging-nya menggunakan toples sehingga lebih mudah dibawa ke luar negeri. Pasalnya, beberapa pengunjung Tan Ek Tjoan membawa roti gambang sebagai oleh-oleh.