Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Soto Betawi H. Ma’ruf, dari Jualan Keliling hingga Jadi Legendaris di Jakarta

Kompas.com - 26/05/2023, 19:24 WIB
Zalafina Safara Nasytha,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Membuka usaha rumah makan, menjadi salah satu pilihan bagus untuk berbisnis. Hal ini berdasarkan pada kebutuhan manusia sehari-hari, yakni makanan sebagai sumber energi tubuh.

Usaha makanan juga tak hanya identik dengan restoran mewah, deretan warung makan di pinggir jalan seringkali juga memiliki cita rasa yang tak kalah lezat.

Salah satunya adalah Soto Betawi H. Ma’ruf, yang menjadi kuliner legendaris khas kota Jakarta sejak tahun 1940.

Awalnya, Soto Betawi H. Ma’ruf ini didirikan sekitar tahun 1940 dan dijual dengan cara dipikul berkeliling. Hal ini diungkapkan langsung oleh Pemilik Generasi Ketiga Soto Betawi H. Ma’ruf, Mufti Maulana, saat ditemui Kamis (25/5/2023) di Jakarta.

Baca juga: Cara Tingkatkan Brand Awareness Bisnis Kuliner, Sudah Tahu?

Setelah berjualan dengan cara dipikul, kakek Mufti yang merupakan pemilik pertama usaha Soto Betawi H. Ma’ruf, kemudian berjualan di tenda pinggir jalan layaknya pedagang kaki lima hingga 1970-an.

Kemudian, kakek Mufti ternyata mendapat tawaran untuk berjualan di Taman Ismail Marzuki. Meskipun awalnya sepi, lama-kelamaan rumah makannya mulai banyak dikenal orang dan ramai pengunjung.

Hingga saat ini, dapat dikatakan Soto Betawi H. Ma’ruf menjadi salah satu kuliner soto betawi yang khas, karena sudah mulai berjualan sejak 1940 dan tidak pernah mengubah resep aslinya.

“Yang membedakan dengan soto-soto lainnya, bisa dibilang Soto Ma’ruf itu yang paling otentik sih, karena dari awal almarhum kakek jualan itu di tahun 1940 dan resep kita enggak pernah berubah,” tutur Mufti.

Baca juga: 5 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Merintis Bisnis Kuliner

Adapun kuah yang digunakan dalam soto betawi ini rupanya merupakan campuran antara santan dan susu, yang berawal dari ketidaksengajaan.

“Awal mula tahun 1940 itu soto betawi ya memang cuma santan saja mbak, nah kemudian sekitar tahun 60-an, tadinya kan keliling dipikul, setelah itu mungkin capek kali ya, jadi bertempatlah di Pasar Cikini, daerah Menteng,” jelasnya.

“Nah di sana kan makanan tuh belum ada sama sekali ya, jadi sempat ramai dan cepat habis juga. Nah pas lagi ramai-ramainya, karena semuanya dulu masih manual, ternyata tuh kuahnya habis,” sambungnya.

Baca juga: Pemilik Kalav Burger Bagikan 3 Tips Strategi Marketing untuk Bisnis Kuliner

Dikarenakan proses pembuatan santan yang dilakukan secara manual, maka untuk membuat kuah santan tambahan dirasa akan memakan waktu yang lama. Akhirnya, sang kakek berinisiatif menyuruh anaknya membeli susu dan dicampur ke dalam kuah santan.

Tak disangka dari ketidaksengajaan tersebut, konsumen justru menyukainya dan merasa bahwa kuah soto menjadi lebih gurih dan enak.

“Bisa dibilang santan susu itu bukan resep yang tercipta karena disengaja. Justru itu karena ramai, enggak keburu bikin kuah santannya lagi, akhirnya dicampurin dengan susu itu tadi, gitu sih mbak,” ucap Mufti.

Baca juga: 7 Ide Bisnis Makanan Anti-ribet untuk Pebisnis Pemula

Sementara isian soto yang berupa daging dan jeroan, tidak hanya direbus, tetapi juga digoreng kembali. Hal ini supaya saat isian dimasukkan ke kuah akan tetap terasa garing.

Berjalan puluhan tahun, kini usaha Soto Betawi H. Ma’ruf sudah memiliki 4 rumah makan yang tersebar di Jakarta, yakni di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.

Dengan menggunakan kuah santan susu yang menjadi ciri khas tersendiri, Mufti mengungkapkan per harinya ia dapat menjual 200 porsi di setiap cabang.

Baca juga: 5 Ide Bisnis Makanan Kemasan yang Bisa Hasilkan Cuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com