JAKARTA, KOMPAS.com – Permasalahan sampah tidak pernah habis dibahas. Setiap hari, baik individu maupun industri akan menghasilkan sampah.
Begitu juga di Kota Medan, Sumatera Utara, sampah organik maupun anorganik sangat menumpuk dan tak terbendung. Jika didiamkan, sampah itu akan berserakan dan menghasilkan bau yang tak sedap.
Baca juga: Cerita Zahro Manfaatkan Arang Batok Kelapa untuk Bisnis Pakaian
Berangkat dari keresahan itu, pendiri Komunitas Macan Ganas (Mak-Emak Cantik Gang Nasional), Rena Arifah memutar otak agar dapat membantu menguraikan permasalahan sampah. Ia pun berhasil menciptakan arang briket sehat dari sampah.
Arang briket itu merupakan hasil dari penelitian tesis Rena pada tahun 2015, yaitu pada program pascasarjana Pengelolaan Sumber daya Lingkungan di Universitas Sumatera Utara (USU).
Rena berpikir permasalahan utama sampah ada pada sampah organik, karena menurutnya sampah anorganik masih bisa digunakan kembali dengan metode 3R (Reduce, Recycle, Reuse).
Jadi sampah anorganik masih mempunyai masa yang lebih panjang, dibanding sampah organik. Rena mengatakan kalau sampah organik dibiarkan dalam dua hari atau lebih, akan menimbulkan banyak dampak negatif.
“Sampah organik tidak enak dipandang, jorok, dan akan melahirkan hewan-hewan seperti belatung, lalat, lipan, tikus, dan lainnya yang bahaya bagi kesehatan,” kata Rena dalam acara Bronis UMKM, Jumat (24/5/2024).
Oleh karena itu, Rena mencari energi terbarukan untuk mengganti peran energi fosil tesebut.
“Kami juga membantu permasalahan negara,” imbuhnya.
Sampah organik yang dimaksud Rena seperti sampah rumah tangga, batok kelapa, sisa potongan sayur, daun atau kayu bekas tebangan pohon, dan masih banyak lagi.
Komunitas Gang Macan yang terdiri dari 10 orang akan berbagi tugas. Jadi digilir siapa yang mengumpulkan sampah tebangan pohon, siapa yang membakar dan lain sebagainya.
Tebangan pohon yang dimaksud adalah saat pemeliharan pohon atau hutan-hutan pelindung, yang biasanya terletak di pinggir jalan. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak akan langsung menerima sampah organik seperti daun, kayu, ataupun ranting pohon.
Baca juga: Rena Arifah, Berhasil Olah Sampah Organik Kayu menjadi Arang Berkualitas
Jeli melihat celah, Rena melihat hal itu sebagai sebuah peluang. Rena pun bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan.
“Jadi setiap dipotong, kami ambil daunnya untuk untuk dijadikan pupuk kompos dan juga ranting atau kayu untuk pembuatan briketnya,” jelas Rena.
Setelah mendapatkan kayu atau ranting-ranting, langkah selanjutnya adalah dengan membakarnya dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu di dalam tabung yang hampa akan udara. Semua pembakaran menimbulkan asap, begitu juga dengan produksi arang briket ini.
“Asapnya tentu tidak kami lepas begitu saja, karena akan merusak lingkungan. Kami mengubah asap itu menjadi asap cair, karena metode pirolisis yang kami lakukan,” jelas Rena.
Hasil pembakaran sampah yang telah menjadi arang kemudian ditumbuk menggunakan lumpung batu, kemudian diayak menggunakan saringan. Setelah menemukan bubuk yang halus dicampur dengan tepung kanji untuk proses perekatan.
“Setelah keras dipress dan dicetak, baru langkah terakhir dijemur di bawah terik matahari,” jelas Rena.
Seperti jargon Komunitas Briket Medan ‘Sampah Kita Menjadi Emas’, briket itu dapat dijual dan menghasilkan cuan tambahan bagi para ibu-ibu rumah tangga itu.
Mereka tidak perlu membeli bahan baku untuk menghasilkan briket yang layak jual dan bersaing di pasaran.
“Buang sampah itu bayar, tapi kalau kita bisa mengolahnya justru kita bisa dapat uang dari situ,” ujar Rena yang juga menjabat sebagi dosen.
Namun, saat telah terjadi pembakaran dengan suhu panas sebesar 385 derajat celcius atau lebih, racun, bakteri, atau kotoran dari sampah sudah mati. Ditambah racun dari asap yang dihasilkan telah diubah menjadi uap cair. Jadi semua racun sudah dipastikan tidak ada lagi.
Aksi komunitas Gang Macan ini telah diapresiasi oleh Plt Wali Kota Medan, Akhyar Nasution; dan Wakil Ketua TP PKK Kota Medan, Nurul Khairani Lubis. Bahkan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pernah mengunjungi langsung Rumah Briket Medan.
Berkat inovasi dan kreatifitas komunitas Gang Macan, Dinas Koperasi Kota Medan pun membantu komunitas itu dengan memberikan alat serta teknologi yang mumpuni.
Jadi saat ini komunitas itu telah berkembang menjadi pabrik yang dinamai Rumah Briket Medan. Mengungsung title pabrik, lonjakan produksi per harinya pun terjadi.
Rena menjelaskan, sebelumnya komunitas Gang Macan hanya menggunakan peralatan manual, sehingga briket arang yang dihasilkan hanya 10 kilogram. Itu pun tidak pasti karena masih tergantung dengan cuaca.
Baca juga: Argopandoyo dan Vera Tjahyani, Pasutri yang Rintis Bisnis Homedecor dari Sampah Tak Terpakai
“Kalau matahari cukup terik, briket arang akan cepat kering. Berarti proses akan lancar dan cepat selesai,” tambah Rena
Proses manual itu dalam dua jam hanya akan menghasilkan satu buah briket arang. Namun setelah hadir mesin pengolahan briket pada pabrik Rumah Briket Medan, satu harinya mereka dapat menghasilkan 250 kilogram briket arang.
“Jadi saat ini, komunitas Gang Macan hanya membantu dalam mem-packing briketnya,” pungkas Rena.
Akhir kata, Rena berharap agar kita semua dapat sadar akan isu sampah. Baginya, permasalahan sampah berdampak bagi semua orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.