JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ramainya suasana Sarinah, tampak Zahro (40) sedang mempromosikan produk pakaian buatannya dalam acara bazaar UMKM Astra x Sarinah.
Pakaian-pakaian yang didominasi warna hitam dan putih dengan sentuhan berbagai motif ini, rupanya menggunakan arang batok kelapa dalam proses penggambaran motifnya.
Zahro mengatakan, penggunaan arang batok dalam produknya merupakan upayanya untuk tetap menjaga lingkungan sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Baca juga: Cerita Hendrik Jual Pakaian Anak di Little Bangkok, Omzet hingga Belasan Juta Sehari
Zahro mendirikan bisnis pakaian dengan merek Ulayya sejak tahun 2018. Namun, saat itu ia belum terpikirkan untuk menggunakan arang batok kelapa sebagai inovasi lanjutan.
Seiring berjalannya waktu, Zahro mengikuti berbagai pelatihan. Lalu, tercetus ide untuk membuat pakaian yang ramah lingkungan dengan menggunakan arang batok kelapa.
"Mulai dari dua tahun yang lalu, saya baru mulai inovasi ini. Saya buat pakaian yang menggunakan arang batok kelapa atau charcoal. Lalu produk ini diberi nama charcoal line series," tutur Zahro pada Kompas.com, Kamis (16/5/2024).
Baca juga: Wujudkan Passion di Bidang Fesyen, Frida Aulia Bangun Bisnis hingga Kenalkan Batik ke Mancanegara
Lebih lanjut, arang batok kelapa tersebut rupanya didapatkan dari para petani lokal. Zahro juga bekerja sama dengan pebisnis briket charcoal dan para pengrajin motif untuk pakaian.
"Arang yang kami dapat dari petani lokal itu biasanya kami beli hanya untuk stok, jadi enggak beli banyak-banyak. Lima kilogram sudah cukup untuk persediaan satu bulan," lanjut Zahro.
Menurut Zahro, arang batok kelapa adalah pewarna yang efisien. Alasannya, satu kilogram arang batok kelapa, bisa dibuat menjadi ratusan pakaian.
Baca juga: Trisna Berdayakan Kaum Difabel untuk Produksi Fesyen Model Jepang
Sebelum digoreskan pada kain katun, arang batok kelapa yang didapat dari petani diolah terlebih dahulu. Arang batok kelapa tersebut dihaluskan, diayak, lalu diberi komponen-komponen lainnya.
"Nanti setelah dihaluskan, diayak, terus ditambah komponen-komponen lain supaya jadi pasta. Baru setelah itu bisa digoreskan pada kainnya, terus baru dikeringkan selama satu hari," lanjut mantan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut.
Dalam proses produksinya, Zahro bermitra dengan para pengrajin yang telah ahli membuat motif pada kain. Jumlah pengrajin tersebut bisa bertambah tergantung pada permintaan pasar.
Baca juga: Cerita Nevia Merintis Bisnis Fesyen Muslim, Omzet Naik 75 Persen Saat Ramadan
"Kalau sekarang saya ada mitra dengan pengrajin, cuma nanti kalau ternyata permintaan pasar bertambah, saya nambah pengrajin juga," ucapnya.
Pasta arang batok kelapa digoreskan membentuk berbagai motif pada kain katun. Zahro menyebut, motif yang dibawanya terinspirasi dari berbagai kebudayaan di Indonesia, mulai dari motif mega mendung hingga fauna di Indonesia.
"Terus juga ada motif bunga-bunga gitu. Saya juga buat motifnya bisa sesuai event yang mau saya datangi. Kalau ada event nasional, saya buat motif rumah adat dan wayang," jelas Zahro.
Baca juga: Berbisnis Fesyen Tak Selalu Ramai Pembeli dan Harus Siap Bersaing
Zahro menambahkan, motif kebudayaan Indonesia dimaksudkan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui pakaian. Selain itu juga sebagai sarana, untuk mengenalkan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar ketiga di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.