Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Strategi Brand "Diraya Idn" Semarang Perkenalkan Tenun ke Konsumen

Kompas.com - 05/06/2024, 12:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Tenun merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Meski demikian, tidak banyak orang yang menggeluti industri ini, utamanya anak muda.

Namun bagi Diyah (32) owner Diraya Idn, tenun dan batik menjadi barang yang memiliki nilai tambah dan keunikan tersendiri. Karena itu pula, dia memanfaatkan dua bahan wastra tersebut sebagai bahan baku produk home living craft .

Baca juga: Berdayakan Kaum Ibu, Diyah Buat Produk Home Living Dari Tenun

Diraya mengangkat seni tenun tradisional dengan gabungan seni kontemporer. Melalui paduan motif dan gaya yang modern, Diyah berupaya membawa tenun dan batik bisa bersaing ditengah banyaknya market e-commerce dari produk luar.

Diyah mengungkapkan ketertarikannya memanfaatkan tenun dan batik karena melihat konsumen di Indonesia lebih banyak membeli produk home living dari luar karena harganya lebih murah.

Karena itu, Diyah ingin membuktikan bahwa kualitas produk lokal juga sangat potensial. Oleh karena itu di Diraya Idn, Diyah mengkaryakan para penenun lokal yang kebanyakan kaum Ibu.

Baca juga: Tenun Bermotif Kekinian Sulit Diterima Pasar, Begini Solusi Pemilik Brand e-Boon

Promosi Melalui Workshop

Selain karena persaingan harga, faktor yang mempengaruhi minimnya produk lokal dipilih konsumen adalah karena kurangnya awareness masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia.

Khususnya generasi muda, banyak dari mereka masih asing dengan tenun sehingga kurang minat membeli produk kain tenun.

Salah satu upaya Diyah untuk memperkenalkan tenun adalah melalui konten media sosial, karena saat ini media sosial sangat berpeluang untuk menarik minat pasar.

Selain dari pemasaran digital, Diyah juga sering mengisi workshop. Ibarat sambil menyelam minum air, mengisi workshop adalah cara Diyah untuk memperkenalkan kebudayaan tenun sekaligus mempromosikan brand Diraya Idn.

"Melalui workshop ini kami bisa memperkenalkan tenun, khususnya kepada generasi muda bahwa kebudayaan Indonesia itu sangat kaya, unik, dan hanya ada di negara kita. Selain itu melalui workshop kami juga bisa sekalian promosi brand kami," jelas Diyah kepada Kompas.com, Kamis (30/5/2024).

Dimulai dengan teknik sederhana

Produk home living craft Diraya Idn, gabungkan seni tenun tradisional dan kontemporerDok. Diraya Idn Produk home living craft Diraya Idn, gabungkan seni tenun tradisional dan kontemporer

Saat mengisi workshop, tentu Diyah memperkenalkan tentang kebudayaan tenun. Dengan begitu, akan semakin banyak orang yang mengetahui apa itu tenun, bagaimana cara membuatnya, apa saja jenis dan ciri khasnya.

Baca juga: Cara Vita Lestarikan Kain Tenun Tradisional, Berinovasi dengan Motif Kekinian

Selain memperkenalkan tenun, Diyah juga mengajarkan para audiens untuk belajar membuat kain tenun. Mengajar para pemula dari nol tentu perlu strategi khusus di dalamnya.

Sebagai langkah awal, Diyah mengajar dari teknik dasar dan membuat pola-pola sederhana saja, yang penting para audiens tahu bahwa ada teknik menenun. Harapannya, ini bisa menjadi pembangkit awal minat mereka terhadap tenun.

"Saat mengisi workshop, yang saya ajarkan seputar teknik-teknik untuk membuat polanya. Kalau untuk pemula biasanya kami buat yang sederhana," ucap Diyah.

Menyelipkan storytelling

Selain itu, strategi lain yang dilakukan oleh Diyah saat mengisi workshop adalah dengan metode storytelling. Pasalnya, mengangkat cerita menarik di balik kain tenun mampu meningkatkan rasa ingin tahu audiens. Seperti Diraya Idn yang banyak mengaryakan keterampilan kaum Ibu dalam menenun.

Tiap tenun dan produk yang mereka hasilkan juga diselipkan nama dan makna di dalamnya. Produk Diraya Idn memiliki nama yang merepresentasikan motif masing-masing. Misalnya motif yang warnanya terlihat seperti sinar matahari diberi nama "Gantari" yang artinya menyinari.

Baca juga: Kisah Sukses Sarinda Farid Bisnis Kerajinan Perak dan Tenun

Storytelling mengenai proses pembuatan hingga makna dibalik motif-motif tenun bisa membuat audiens lebih tertarik dan memahami tenun dengan mudah.

"Biasanya saat workshop juga kami selipkan storytelling. Bagaimana proses pembuatannya, ditenun para penenun lokal yang kebanyakan kaum ibu. Selain itu dengan pemberian nama dan menceritakan makna di baliknya juga membuat audiens lebih antusias," papar Diyah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau