BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sehubungan dengan penetapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals ( SDGs) oleh PBB di tahun 2015, Indonesia diharapkan bisa mempercepat penghapusan kemiskinan ekstrem dari tahun 2030 menjadi tahun 2024.
Target penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia semakin mendekati titik nol. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, penurunan angka kemiskinan ekstrem sangat signifikan hingga menyentuh 0.83%, lebih rendah 1,12 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Per Agustus, PNM Mekaar Telah Salurkan Pembiayaan Ultra Mikro Rp 45 Triliun
Staf KHusus Presiden Bidang Ekonomi RI, Arif Budimanta menjelaskan, pemerintah menerapkan strategi percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia melalui tiga pendekatan.
Pertama, pengurangan beban melalui jaminan sosial, bantuan sosial, dan subsidi tepat sasaran. Program percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia dimulai dari konsolidasi agar target dari program-program tersebut tepat sasaran.
"Ada data P3KE (Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem), kemudian dilakukan proses verifikasi dan validasi setiap tahunnya. Atas dasar data P3KE ini maka kemudian diluncurkan berbagai macam program yang dilakukan secara gotong royong melalui kementerian negara, BUMN, BUMS, Pemerintahan daerah, dan masyarakat," jelas Arif dalam acara Diskusi Media di Banyuwangi pada Jumat (27/9/2024).
Baca juga: Tiga Tahun Holding UMi, Jutaan Nasabah PNM Dapat Inklusi Keuangan
Kedua, peningkatan pendapatan melalui program pemberdayaan, kewirausahaan, dan pendidikan. Arif mengatakan, jika pendidikan anak-anak kelompok miskin dipersiapkan sejak awal dan ditopang oleh negara dan menamatkan sekolah lebih tinggi, diharapkan mereka bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Ketiga, pendekatan kantong kemiskinan dengan memperbaiki RTLH, kawasan lingkungan, dan sanitasi.
Selain itu, dalam upaya pemberantasan kemiskinan ekstrem, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sebagai lembaga keuangan khusus diberi tugas khusus oleh pemerintah untuk membantu pencapaian target nasional tersebut. Sehubungan dengan hal ini, PNM diberikan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar 1 Triliun rupiah untuk disalurkan.
Baca juga: PNM Dorong Minat Baca Anak-anak Pelaku UMKM lewat Sudut Literasi Pantai Bansring
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi menyampaikan, pada tahun 2019 lalu PNM diamanati untuk mendampingi 1 juta masyarakat subsisten melalui pembiayaan dan pendampingan usaha agar dapat meningkatkan pendapatan mereka.
"Sampai akhir tahun 2019 lebih dari 6 juta penyaluran PNM lakukan dan kami leverage hampir 50 kali lipat dengan pendanaan dari sumber lain," pungkas Arief.
Pembiayaan dan pendampingan bagi usaha rumah tangga di Banyuwangi sendiri dilayani oleh PNM melalui 60 unit yang telah tersebar di seluruh Kecamatan di Banyuwangi.
Dari 167.000 data P3KE di Banyuwangi, tercatat lebih dari 99 ribu perempuan yang termasuk dalam golongan miskin ekstrem telah PNM layani melalui program Mekaar yang memberikan pembiayaan pada perempuan secara berkelompok.
Baca juga: Kisah Ibu-ibu Desa Telemung, Memulai Usaha dari Pinjaman Modal PNM Mekaar
Arief turut menambahkan, peran ibu dalam aspek kemiskinan sangat besar. Kondisi yang sering terjadi adalah suami di PHK sehingga menjadi pengangguran dan istri menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan menjalani usaha.
"Tugas utama kami menjadi semakin terarah dan mempercepat ketepatan sasaran. Kedepannya tidak sekedar pembiayaan tapi lebih banyak aspek rekayasa sosial yang PNM lakukan," imbuhnya.
Rekayasa sosial ini dikelompokan dalam 866.000 kelompok Mekaar untuk saling berinteraksi membangun jejaring usaha. Di Banyuwangi sendiri terdapat 9.000 kelompok yg bisa dilakukan sinergi program untuk pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan kemiskinan biasa.
PNM berkomitmen untuk terus mengoptimalkan pemberian modal finansial, intelektual, dan sosial agar kehidupan kelompok subsisten dapat meningkat menjadi lebih baik.
"Menjaga agar mereka yang sudah menjalani usaha agar sustain dan tidak jatuh lagi ke kemiskinan yang sebelumnya berhasil dilalui," ujar Arief.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.