JAKARTA, KOMPAS.com - Berawal pada saat pandemi Covid-19 tepatnya tahun 2020, pasangan kakak beradik Claudia Cahyaning Tyas (23) dan Carine Tyas Cahyanti (26) memulai usaha pengharum ruangan dengan jenama Skinship Studio.
Mengusung tagline "Eco Consciuous Room Fragnance", mereka mengklaim produk pengharumnya telah ramah lingkungan.
Claudia sebagai Co-Founder Skinship Studio, menuturkan, pihaknya memiliki beragam produk pengharum ruangan mulai dari lilin, difuser, pengharum mobil, dan produk lainnya.
Konsep ramah lingkungan bagi Claudia merupakan hal yang sangat penting bagi pelaku usaha seperti dirinya. Apalagi, kondisi dunia kini semakin diperparah dengan pemanasan global yang berujung krisis iklim.
"Kami coba di sini untuk bikin produk baru yang tak mencemari lingkungan, udara tapi malah bantu lingkungan itu hidup lagi. Kami upayakan untuk menjalankan asas sustainibilty dengan kurangi plastik dan produk daur ulang," ujar Claudia saat berbincang dengan Kompas.com di acara Langkah Membumi Festival di Jakarta, Minggu (3/11/2024) sore.
Baca juga: 4 Cara Mudah Membuat Bisnis Lebih Ramah Lingkungan
Bahan-bahan pengharum ruangan bentuk lilin yang digunakan Skinship Studio disebut menggunakan bahan dari soy wax dan palm wax. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan komitmen Skinship Studio dalam menjalankan konsepnya yang ramah lingkungan.
"Misal untuk lilin kami sudah pakai sudah pakai soy wax, palm wax. Jadi kami enggak pakai parafin dan memang plant based. Packaging-nya kita berupaya untuk eco friendly, lebih kaya kardus, kaca dan kami memang kurangi penggunaan plastik," tambah perempuan lulusan Institut Sepuluh November jurusan Arsitektur tersebut.
Adapun seluruh produksi pengharum ruangan Skinship Studio dilakukan di rumah Claudia dan Tyas di daerah Cibinong, Jawa Barat. Untuk kemasan pengharum ruangan dari bahan kardus , Skinship Studio bekerjasama dengan sebuah bank sampah di dekat rumahnya.
Skinship Studio memesan kemasan tersebut hasil olahan sampah dari sampah kardus yang dikumpulkan dari masyarakat. Dari sana, Skinship Studio berupaya untuk menyerap olahan sampah kardus yang telah didaur ulang.
"Kalau kemasan kardus itu kami kerjasama dengan UMKM dari masyarakat. Ada bank sampah yang kelola untuk buat kemasan. Kemasan dari box sampah dari olahan sampah kardus yang dikumpulkan mereka. Mereka ada mesinnya untuk buat kemasan kardus," tambah Claudia.
Baca juga: 3 Tips Memilih Bahan Baku untuk Usaha Ramah Lingkungan
Untuk kemasan lilin dalam bentuk gelas, Skinship Studio membeli dari supplier gelas. Ke depan, lanjut Claudia, pihaknya juga menyiapkan skema isi ulang untuk produk lilin pengharum ruangan dalam bentuk gelas.
Upaya itu, sekali lagi untuk menunjukkan Skinship Studio tak hanya sekedar slogan ramah lingkungan. Skinship Studio, lanjut Claudia, ingin konsumen bisa mengisi ulang produknya dan bisa menggunakan kemasannya berkali-kali.
"Kami berusaha berusaha agar konsumen bisa refill. Memang rencana itu masih dalam produksi dan masih baru mau launching. Kalau refill yang lilin gelas itu, kami sedang on progress ya bikin refill-nya," tambah Claudia.
Usaha yang bermodalkan tabungan pribadi ini terus dikembangkan oleh Claudia dan Carine. Merekam memanfaatkan sejumlah marketplace untuk berjualan secara online.
Tak hanya strategi penjualan secara online, Skinship Studio juga bisa ditemukan secara offline di beberapa tempat seperti di rumah produksinya, Studio Kongsi8 di Jatinegara (Jakarta Timur), dan pop up market yang diikuti.
"Kami juga adakan workshop belajar bikin lilin sesuai minat," tambah Claudia.
Baca juga: Prihatin Kondisi Air di Jakarta, Rully Ciptakan Sabun Herbal Ramah Lingkungan
Claudia menyebutkan, Skinship Studio hingga kini telah melayani pesanan-pesanan untuk cinderamata pernikahan, ibadah-ibadah gereja, produk hampers untuk Natal serta Idul Fitri. Selain itu, Skinship Studio juga menerima pemesanan untuk skema white label.
"Untuk omzet per bulan, kami sih enggak bisa matok. Per bulan enggak mesti ya. Project kami ini kan tergantung kepentingan dan kebutuhan orang lain," ujar Claudia.
Menurutnya, omzet Skinship Studio per bulan berkisar Rp1-5 juta. Usaha Skinship Studio diakuinya masih berskala rumahan.
"Kalau produksi semua saya dan kakak. Kalau pengemasan juga berdua dan dibantu keluarga. Kalau bayar orang lain, masih belum mampu," ujar Claudia sambil tertawa kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.