Dikatakannya, pendampingan dompet Dhuafa hingga kini masih bisa dinikmati warga sekitar, sejak tahun 2007 sampai 2010. Setelah itu, ada program Dompet Dhuafa care visit, hingga merenovasi bangunan.
Dompet Dhuafa mensupport pembuatan selendang terpanjang dan masuk rekor Muri tahun 2007. Sejak saat itu Batik Berkah Lestari terkenal.
Adapun untuk pemasaran, Nani mengatakan pihaknya menggunakan media sosial untuk memasarkan selain menyetorkan di paguyupan batik Wukirsari. Bahkan beberapa waktu lalu mengirimkan batik sampai keluar negeri.
Untuk motif batik sebagian besar klasik Jogja, seperti Sidomukti hingga Sidoasih.
"Wisatawan Jepang datang dan dikirim, kita pernah kirim ke Britania Raya," kata dia.
Untuk pemasaran saat ini sudah tidak menjadi kendala. Hanya saja, dia berharap pemerintah ikut membantu regenerasi pembatik.
Saat ini rata-rata usia 40 an tahun. Sehingga diperlukan generasi penerus yang lebih muda. Untuk membuat kain batik halus, dirinya harus mencari ibu-ibu yang bisa membatik halus, karena butuh ketelatenan.
"Yang diperlukan pendampingan pembatik muda kalau penjualan sudah lumayan," kata dia.
Manager Program Dompet Dhuafa DIY Bambang Edi Prasetyo mengatakan di wilayah Imogiri, pasca gempa Dompet Dhuafa waktu itu memiliki beberapa program. Mulai pendidikan hingga ekonomi.
Aset pembatik rusak karena gempa 2006, dan pihaknya memfasilitasi.
"Berkah Lestari kelompok pertama, dulu membatik sendiri-sendiri. Pasca gempa menjadi pusat membatik dan mewarnai," ucap Bambang.
Baca juga: Inovasi dalam Industri Batik, CV. Astoetik Buat Kompor Batik Listrik
"Dulu sebelum ada intervensi mewarnai belum menjadi keahlian di daerah Imogiri. Kalau membatiknya iya, pakem batik kraton," kata dia.
Motif batik khas keraton warna sogan, seperti coklat mendekati hitam. Ada ratusan pembatik saat ini yang berada di Kalurahan Wukirsari.
Giriloyo menjadi kampung batik, dan salah satu dari 55 desa di dunia menjadi The Best Tourism Village 2024 atau Desa Wisata Terbaik Dunia oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.