JAKARTA, KOMPAS.com - Selama masa pandemi, ternyata potensi pasar ekspor produk handycraft atau kerajinan tangan dan home decor justru meningkat. Termasuk saat ini, potensi untuk ekspor produk-produk kerajinan tersebut masih terbuka lebar.
Direktur Eksekutif LPEI, Rijani Tirtoso menyampaikan hal tersebut disebabkan karena work from home membuat banyak orang ingin menghilangkan kejenuhan. Salah satunya melalui kegiatan menghias rumah.
"Di masa pandemi, untuk semua bidang kan menurun ya, apalagi untuk produk handycraft yang bukan suatu kebutuhan essential, tapi justru meningkat pasarnya," ujar Rijani saat wawancaranya bersama Kompas.com di kantor LPEI, Jakarta, Kamis (22/12/2022).
Baca juga: 5 Faktor Penting yang Mendukung Pemasaran Bisnis Rumahan
Itulah sebabnya, produk-produk handycraft atau home decor yang unik dan menarik seperti alat makan cantik, pernak-pernik hiasan dinding, home decor dari anyaman, dan lainnya mulai dicari oleh pasar dari mancanegara.
Lebih jauh lagi, Rijani menjelaskan bahwa LPEI mendorong para pelaku usaha handycraft, utamanya home decor dapat melakukan ekspor.
"LPEI selain dari sisi penjaminan, pembiayaan, dan asuransi, itu juga memberikan jasa konsultasi. Jasa konsultasi ini bisa untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang belum ekspor, lalu kita training, bina, dampingi, dan kasih akses hingga mereka bisa ekspor," jelas Rijani.
Untuk UMKM, spesifiknya di bidang home decor dan handycraft dapat dilihat dari dua sisi, yaitu yang masih berbentuk usaha kecil atau sedang berproses dan yang sudah bersifat komersil atau usaha menengah ke atas.
Kalau untuk yang usaha berskala besar, Rijani menyampaikan bahwa LPEI memiliki sentra-sentra besar dalam bidang kerajinan kayu yang masuk dalam kategori usaha menengah.
Hal tersebut berbeda dengan usaha mikro dan kecil yang sedang dalam proses pendampingan untuk dijadikan eksportir.
"Ada yang masih kategori dalam pembinaan, ada yang sudah naik kelas untuk ekspor, tapi ada juga yang sudah stabil dalam melakukan ekspor," ujar Rijani.
Perbedaan tingkatan itu dinilai penting karena bertujuan menyesuaikan kebutuhan setiap unit usaha yang didampingi oleh LPEI. Sehingga apa yang mereka terapkan dan lakukan untuk tiap badan usaha efektif dan tepat.
Rijani menjelaskan ada beberapa hal penting yang harus dilakukan dalam hal mendampingi usaha handycraft untuk dapat melakukan ekspor. Hal pertama adalah memahami bisnis ekspor seperti apa, lalu apa saja yang harus diperhatikan, seperti permasalahan izin ekspor.
Namun, saat ini belum banyak usaha kecil yang sedang dibina dalam tahap awal tersebut.
"Jumlah usaha yang seperti ini sebenarnya belum terlalu besar, tapi dapat membangkitkan semangat karena kita bukan hanya menyasar satu-persatu individu eksportir. Justru, kita membuat komunitas," ungkap Rijani.
Baca juga: 3 Cara Membangun Usaha Tanpa Modal, Patut Dicoba!
Alasan pembentukan komunitas ini adalah untuk memperkuat daya dorong dalam menjalankan ekspor. Misalnya, jika seseorang mendapatkan pesanan untuk ekspor dalam jumlah besar, proses produksi dapat dibantu oleh komunitas tersebut.
"Jadi bukan hanya satu atau dua UMKM secara individu yang kita bantu, tapi kita juga mau komunitas tersebut maju secara bersama-sama sehingga daerah juga akhirnya ikut maju karena kesejahteraan masyarakatnya meningkat," tutur Rijani.
Rijani juga menjelaskan bahwa setiap usaha dan komunitas yang menjadi debitur LPEI akan dibina untuk selalu mengedepankan value dari sebuah produk, utamanya dalam hal ini produk handycraft. Value dari sebuah produk dinilai sebagai elemen penting yang dapat menarik minat konsumen dan meningkatkan potensi penjualan.
"Setiap kita menawarkan sesuatu kepada calon buyer, itu harus punya cerita di balik produknya. Misalnya, dari sisi sustainability atau cerita komunitasnya. Ini yang membuat LPEI berbeda," pungkas Rijani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.